(VOVWORLD) - Konferensi Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2022 dibuka secara virtual pada 17 Januari di zona peristirahatan Alps di Davos, Swiss. Dengan tema: “Bersama-sama bekerja, memulihkan kepercayaan”, peristiwa tersebut menciptakan peluang bagi para pemimpin global untuk melihat kembali keadaan dunia pada tahun lalu.
Pendiri merangkap Ketua Pelaksana WEF, Klaus Schwab (kiri) mendengar Presiden Tiongkok, Xi Jin Ping berpidato pada Konferensi Online Forrum WEF pada 17 Januari 2022 (AFP/ VNA) |
Selama 5 hari dari 17-21 Januari, konferensi tersebut fokus dalam mencorong kegiatan koordinasi antara semua pihak terkait penting di dunia. Sesi-sesi utama konferensi tersebut akan membahas masalah-masalah seperti pandemi Covid-19, revolusi industri 4.0, transformasi energi, krisis iklim, pembangunan berkelanjutan, dan prospek ekonomi global.
Dalam pidato khusus pada acara pembukaan tersebut, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), António Guterres menunjukkan 3 bidang mendesak yang diperlukan agar dunia lepas dari krisis kesehatan dan ekonomi global saat ini dan menjamin akan mencapai semua target pembangunan yang berkelanjutan PBB.
Menurut pidato tersebut, bibang pertama yang perlu “diperhatian dengan segera” ialah menghadapi pandemi Covid-19 dengan kesetaraan dan keadilan, terutama dalam distribusi vaksin dan akses metode pengobatan Covid-19 di seluruh dunia. Tantangan ke-2 yang diajukan oleh Guterres, yaitu perlunya mereformasi sistem keuangan global, terutama negara-negara berpenghasilan rendah tengah menghadapi kesulitan besar dan sedang mengalami laju pertumbuhan yang paling lambat dalam satu generasi. Membantu aksi demi iklim di negara-negara berkembang menjadi bidang ke-3 yang segera diperhatikan, terutama ketika emisi limbah global diperkirakan akan meningkat sebesar 14% pada 2030.
Sekjen PBB, Guterres menyimpulkan bahwa banyak negara membutuhkan bantuan, ide, keuangan, dan suara dari komunitas badan usaha global. Apabila tidak memberikan keuangan dan mengurangi utang negara-negara berkembang, pemulihan yang gagal dapat membuat perekonomian global menghadapi kebutuhan.