Pelabuhan kargo di Busan, Republik Korea (Foto:AFP/VNA)

Dalam naskah Prakiraan ekonomi kawasan yang diupdate dan diumumkan pada Rabu (20 September), ADB menilai bahwa Asia pada paruh pertama tahun ini tetap berhasil menjaga ritme pertumbuhan berkat adanya faktor-faktor seperti kebutuhan domestik yang meningkat secara drastis, pariwisata yang meningkat kembali, transaksi transfer uang yang meningkat tinggi, syarat-syarat keuangan yang membaik, dan pembukaan kembali perekonomian Tiongkok.

Namun, menurut kepala Ekonom ADB, Albert Park, pada paruh kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi Asia harus menghadapi banyak tantangan. Yang pertama ialah kebutuhan dunia menjadi suram sehingga membuat ekspor merosot. Menyusul kemudian risiko tentang kestabilan keuangan yang terkait dengan peningkatan suku bunga oleh beberapa perekonomian besar di dunia.

Selain itu, akibat-akibat dari fenomena El Nino dan beberapa instabilitas geopolitik di dunia juga mungkin memberikan dampak negatif. Oleh karena itu, Albert Park menilai bahwa pertumbuhan ekonomi Asia tahun ini akan lebih rendah dari pada yang diharapkan:

Pertumbuhan di berbagai perekonomian berkembang di Asia diprakirakan akan meningkat dari 4,3% pada tahun lalu menjadi 4,7% pada tahun ini. Ini merupakan penurunan sedikit dibandingkan dengan prakiraan kami pada bulan April lalu (4,8%).