(VOVWORLD) - Perihal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyatakan menarik diri dari permufakatan nuklir telah terbentur dengan tentangan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan banyak negara di dunia, di antaranya ada Rusia, Perancis, Jerman dan Inggris.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Jerman dalam pernyataannya menunjukkan bahwa Jerman akan terus mempertahankan permufakatan nuklir yang telah ditandatangani oleh Iran dengan 6 negara adi kuasa (yang meliputi Inggris, Perancis, AS, Tiongkok, Rusia dan Jerman) pada tahun 2015 atau disebut sebagai Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA).
Perdana Menteri (PM) Belgia, Charles Michel menyatakan kekecewaan yang mendalam atas keputusan Presiden AS, Donald Trump yang secara sefihak menarik diri dari permufakatan nuklir Iran. Pemimpin Belgia berseru kepada Uni Eropa dan para mitra internasional supaya terus mempertahankan komitmen dan Iran perlu terus memenuhi secara lengkap kewajiban-kewajiban yang tercantumkan dalam JCPOA.
Sedangkan, Ibrahim Kalin, Juru bicara Presiden Turki menilai bahwa penarikan diri AS dari permufakatan nuklir Iran akan menimbulkan situasi instabilitas dan bentrokan yang baru.
Di website Kemlu Irlandia, Deputi PM merangkap Menteri Luar Negeri, Simon Coveney memberitahukan bahwa Irlandia merasa kecewa atas keputusan AS tersebut. Irlandia berharap supaya AS akan mempertimbangkan kembali keputusan ini serta semua fihak akan terus melaksanakan JCPOA.
Kemlu Suriah dalam pernyataannya yang mengutuk keras keputusan Presiden Donald Trump dan menyatakan bahwa gerak-gerik terkini dari tuan rumah Gedung Putuh akan meningkatkan ketegangan di dunia.
Pada fihaknya, Presiden Iran, Hassan Rouhani memberitahukan bahwa negara ini bisa meneruskan pelaksanaan permufakatan nuklir kalau kepentingan-kepentingan Iran dengan negara-negara peserta penandatanganan JCPOA terjamin. Namun dia juga menyatakan bahwa kalau kepentingan-kepentingan nasional Iran tidak dipenuhi, Iran akan mengadakan kembali tindakan mengayakan uranium industri di laju biasa.