Banyak pendapat yang skeptis tentang kesepakatan normalisasi hubungan di Timur Tengah
(VOVWORLD) - Acara penandatanganan kesepakatan-kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) telah diadakan pada Selasa (15/9), di Washington D.C, Amerika Serikat (AS).
Presiden Donalnd Trump dianggap sebagai orang yang meletakkan fondasi bagi penandatanganan kesepakatan tersebut (Foto: AFP) |
Di samping penilaian-penilaian positif yang menganggap peristiwa ini sebagai awal perdamaian dan satu masa depan yang cerah di Timur Tengah, banyak pendapat menganggap bahwa ini merupakan satu “bingkisan yang berbahaya” yang dihadiahkan UEA dan Bahrain kepada Presiden Donald Trump dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dalam pemilu mendatang, serta menciptakan satu koalisi “NATO-Arab-Israel”.
Beberapa legislator keturunan Arab dalam Parlemen Israel menganggap bahwa kesepakatan-kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dengan UEA dan Bahrain demi kepentingan AS dan Israel. Hubungan antara UEA dan Bahrain dengan Israel tidak hanya merupakan normalisasi saja, melainkan juga merupakan satu koalisi strategis.
Dalam reaksi yang sama, Arab Saudi menyatakan berdiri di pihak warga Palestina dan mendukung upaya untuk mencapai satu solusi yang adil dan komprehensif bagi masalah Palestina. Sekretaris Komisi Penyelenggara Organisasi Pembebasan Palestina, Saeb Erekat menganggap bahwa AS sedang menuju ke penciptaan satu koalisi “NATO-Arab-Israel” melalui kesepakatan normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dengan Israel. Ia meminta perhatian bahwa hal ini sangat berbahaya karena sistem keamanan Arab akan bersandar pada Israel.
Sedangkan, Presiden Iran, Hassan Rouhani menuduh bahwa UEA dan Bahrain sedang berupaya memberikan pangkalan di Teluk kepada Israel, bersamaan itu memperingatkan bahwa mereka akan harus menderita semua akibat yang mengerikan. Ia menganggap bahwa normalisasi hubungan antara 3 negara tersebut melanggar keamanan regional dan keputusan-keputusan internasional.