(VOVworld) – Rederendum di Inggris tentang tinggal atau keluar dari Uni Eropa atau disebut Brexit berlangsung pada Kamis (23/6).
Ilustrasi
(Foto: bnews.vn)
Pada latar belakang itu, semua organisasi ekonomi, keuangan dan moneter papan atas di dunia beserta bank-bank sentral dan para analis ekonomi telah mengeluarkan banyak peringatan dan prediksi tentang dampak maupun akibatnya dalam jangka pendek dan jangka menegah kalau skenario Brexit terjadi. Tentang mata uang pounds Inggris, sebagian besar pakar moneter memprakirakan bahwa mata uang ini akan turun 18-20%, khususnya ada yang memprakirakan bahwa turunnya bisa mencapai 30% kalau Inggris keluar dari Uni Eropa. Para pakar juga menyatakan bahwa pagar rintangan perdagangan dengan bentuk peningkatan tarif impor akan muncul ketika Pemerintah Inggris dan Uni Eropa melakukan perundingan tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Tentang masalah lapangan kerja, Direktur urusan ekonomi makro dari Institut Penelitian Sosial-Ekonomi Nasional, Angus Armstrong menyatakan bahwa lapangan kerja di bidang jasa layanan dan bidang-bidang yang mendapat keuntungan dari pemindahan tenaga kerja secara bebas mungkin menderita dampak yang paling banyak kalau Inggris keluar dari Uni Eropa. Dalam pada itu, hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Pabrik-Pabrik Manufaktur dan Perdagangan Mobil Inggris memperlihatkan bahwa lebih dari 3/4 jumlah perusahaan multinasional yang beraktivitas di Inggris ketika ditanya telah menyatakan bahwa Brexit akan menimbulkan pengaruh yang tidak menguntungkan terhadap aktivitas bisnis mereka dan semua perusahaan pembuatan mobil papan atas di dunia, diantaranya ada Toyota, BMW, Vauxhall menyatakan dukungannya kalau masalah Inggris tetap tinggal di Uni Eropa.
Pada Rabu (22/6), sehari menjelang referendum ini, para penggerak dari kedua faksi pendukung dan penentang Brexit telah melakukan upaya-upaya terakhir untuk menyampaikan pesannya kepada para pemilih Inggris. Perdana Menteri Inggris, David Cameron telah tiba di kota Bristol untuk meyakinkan para pemilih memberikan suara memilih Inggris tinggal di Uni Eropa. Dalam pada itu, pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn juga mengimbau kepada pendukung partainya supaya aktif memilih Inggris tinggal di Uni Eropa. Sedangkan, para penggerak Brexit juga berupaya keras untuk menarik para pemilih yang masih ragu-ragu. Di kota London, Wai Kota London, Boris Johnson mengimbau kepada warga Inggris percaya pada Tanah Air dan merebut kesempatan ini untuk mencapai kembali “kebebasan” bagi Inggris. Dia menyatakan bahwa Brexit merupakan waktu bagi Inggris untuk berpisah dari sistim Uni Eropa yang gagal dan stagnan”.
Juga bersangkutan dengan Brexit, Rabu (22/6), Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker menyatakan akan tidak mengadakan kembali semua perundingan dengan Inggris setelah referendum ini berlangsung dan Uni Eropa akan tidak melakukan langkah-langkah lain kecuali permufakatan yang dicapai oleh Perdana Menteri Inggris, David Cameron dan para pemimpin negara-negara anggota Uni Eropa sisanya pada konferensi tingkat tinggi yang berlangsung pada Februari lalu. Dalam pada itu, Presiden Prancis, Francois Hollande memperingatkan bahwa Brexit akan memundurkan Inggris jatuh pada “bahaya yang teramat serius” yaitu London akan kehilangan hak mendekati pasar satu-satunya dari blok ini.