(VOVWORLD) - Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa (31 Oktober), Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB), Antonio Guterres menyatakan kecemasan terhadap situasi meningkatnya konflik antara Israel dan Gerakan Hamas dan mengimbau para pihak yang terlibat dalam konflik supaya membela warga sipil.
Berbagai gedung hancur setelah serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza, 29 Oktober. Foto:Xinhua/VNA |
Pada hari yang sama, dalam pidato di Oslo (Ibu kota Norwegia), Sekjen Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg menyatakan protes terhadap eskalasi konflik antara Gerakan Islam Hamas dan Israel.
Dalam kunjungan di koridor perbatasan Rafah pada hari itu juga, Perdana Menteri (PM) Mesir, Mostafa Madbouly mengimbau aksi internasional untuk menghentikan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, menegaskan kembali pendirian Kairo tentang batalan sanksi kolektif terhadap warga Palestina.
Juga pada Selasa (31 Oktober), Raja Yordania, Abdullah II mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menonjolkan pentingnya gencatan senjata kemanusiaan segera di Jalur Gaza. Raja Abdullah II juga menekankan perlunya menjamin pembawaan barang bantuan kemanusiaan ke wilayah Palestina tanpa rintangan. Ia juga mengimbau supaya memperhebat upaya-upaya menghentikan konflik dan menegaskan bahwa “dua negara” merupakan solusi satu-satunya untuk menghentikan konflik.
Sementara itu, PM Inggris, Rishi Sunak telah melakukan pembicaraan telepon dengan timpalannya dari Israel, Benjamin Netanyahu, menekankan pentingnya melaksanakan semua langkah yang memungkinkan untuk mengurangi korban dan membela warga sipil. Pada hari yang sama, PM Sunak juga mengadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Pemerintah Palestina (PA), Mahmoud Abbas dan membahas krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza.