(VOVworld) – Walaupun hasil resmi pilpres di Indonesia akan diumumkan pada Komite Pemilihan Umum (KPU) pada 22 Juli ini, tapi berdasarkan pada hasil penghitungan suara sementara yang dilakukan organisasi-organisasi independen, baik Gubernur Jakarta, Joko Widodo dan mantan Panglima KOSTRAD Indonesia, Prabowo Subianto sama-sama menyatakan merebut kemenangan dalam pilpres yang paling menegangkan dalam sejarah negara ribuan pulau ini.
Calon presiden Joko Widodo
(Foto: doisongphapluat.com)
Situasi ketegangan tersebut berasal dari hasil penghitungan suara sementara yang berbeda-beda yang dilakukan sedikit-dikitnya 10 organisasi jajak pendapat sosial yang diumumkan banyak media massa dengan penjelasan dan analisa yang berbeda-beda. Kongkritnya, ada 7 organisasi, diantaranya ada beberapa organisasi pelaksana jajak pendapat seperti CSIS, SMRC-LSI, RRI memberitahukan bahwa kemenangan dicapai oleh pasangan capres Joko Widodo dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan kesenjangan kira-kira 4-6% suara terbanding dengan pasangan capres Prabowo Subianto dan mantan Menteri Koordinator urusan perekonomian, Hatta Rajasa. Akan tetapi, media-media massa pendukung Prabowo Subianto memberikan hasil yang sebaliknya dari organisasi-organisasi pelaksana jajak pendapat lain seperti IRC, Puscaptis, CN, JSI, LSN dengan kemenangan dicapai oleh capres ini dengan kesenjangan yang tipis 2-3% jumlah suara.
Kenyataan tersebut bisa menimbulkan bahaya terjadinya instabilitas politik, sehingga Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono harus mengimbau kepada semua fihak supaya mengekang diri dan jangan mengumumkan kemenangan sampai saat menerima hasil resmi dari KPU./.