(VOVWORLD) - Komunitas internasional sedang menyatakan kecemasan mendalam atas perkembangan-perkembangan konflik baru di Sudan setelah terjadi baku tembak antara tentara dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF), kelompok paramiliter yang kuat di negara Afrika Utara, pada 15 April.
Kendaraan militer di sebuah jalan di Khartoum, Sudan. (Foto: AFP/VNA) |
Pada 15 April, pasukan paramiliter utama di Sudan telah berhasil menguasai beberapa wilayah penting di ibu kota Khartoum, termasuk istana kepresidenan, setelah melakukan baku tembak dengan pasukan tentara negara ini. Sebelumnya, RSF menuduh pasukan tentara menyerang beberapa pangkalan pasukan ini di Khartoum bagian selatan, menggunakan banyak senjata berat dan ringan. Sementara itu, tentara Sudan mengatakan bahwa RSF telah menyerang pasukan tersebut di beberapa lokasi.
Ketegangan antara tentara dan RSF telah bereskalasi selama berbulan-bulan ini, sehingga membuat partai-partai politik di negara ini tidak bisa menandatangani satu kesepakatan yang didukung komunitas internasional untuk melanjutkan proses transisi pemerintahan dalam negeri.
Kepala Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Sudan (UNITAMS) Volker Perthes, pada 15 April, "mengutuk keras semua pertempuran yang baru saja terjadi di Sudan". Sementara itu, Wakil Senior urusan Keamanan dan Luar Negeri Uni Eropa, Joseph Borrell meminta semua pasukan untuk segera mengakhiri kekerasan di Sudan. Pada hari yang sama, Amerika Serikat, Rusia, Arab Saudi, dan Mesir semuanya menyatakan kecemasan atas eskalasi dan beberapa baku tembak di Sudan, bersamaan dengan itu meminta semua pihak untuk menahan diri dan memilih dialog untuk menangani konflik.
Dalam perkembangan terkait, maskapai-maskapai penerbangan Mesir dan Arab Saudi mengumumkan penghentian misi-misi penerbangan yang ke Sudan dan dari Sudan.