IS mengakui melakukan serangan yang berdarah-darah di ibukota Tunisia
(VOVworld) – Dalam satu pesan di internet, organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) menyatakan bahwa dua anasir bersenjata berat dari kelompok ini telah menyerang Museum Bardo dengan senjata automatik dan granat, bersamaan itu mengancam akan melakukan lagi serangan yang lain. Pesan tersebut diajukan pada latar belakang meningkatnya kekhawatiran bahwa para milisi Tunisia di luar negeri akan menyerang lagi Tunisia. Menurut para pejabat, kira-kira 3000 warga negara Tunisia telah ikut serta pada kelompok perang jihad di Irak, Suriah dan Libia, diantaranya ada IS.
IS mengakui melakukan serangan yang berdarah-darah
di ibukota Tunisia
(Foto ilustrasi : thanhnien.com)
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid memberitahukan bahwa dua milisi yang dibasmi dalam serangan teror pada 18 Maret mungkin adalah orang Tunisia. Sementara itu, rakyat Tunisia dan komunitas internasional terus mengutuk serangan teror tersebut. Pada Kamis (19 Maret), kira-kira 200 demonstrans berkumpul di luar museum Bardo, meletakkan karangan bunga untuk mengenangkan para korban dan memikirkan slogan menentang terorisme. Pada hari yang sama, Ketua Komite Uni Afrika (AU), Nkosazana Dlamini-Zuma mengecam kuat serangan tersebut dan menegaskan solidaritas Uni Afrika kepada Tunisia.
Dalam pembicaraan per telepon pada Kamis (19 Maret) dengan Presiden Tunisia, Presiden Amerika Serikat (AS), Barack Obama menegaskan bahwa AS akan terus bekerjasama dengan Tunisia dalam menentang terorisme dan menghadapi masalah keamanan yang lebih besar. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe menunjukkan akan berupaya sekuat tenaga untuk bekerjasama dengan komunitas internasional dalam perang anti terorisme./.