(VOVWORLD) - Jumpa pers tahunan 2017 yang memakan waktu 4 jam diadakan pada Kamis (14 Desember) dengan dipimpin oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin dengan jumlah pertanyaan dan isi di dalam negeri yang mengungguli isi-isi tentang dunia internasional.
Presiden Rusia, Vladimir Putin berbicara di depan jumpa pers tahunan 2017 |
Tentang situasi di dalam negeri, Presiden Vladimir Putin memberitahukan: Rusia inngin membangun satu lingkungan politik dan ekonomi yang kompetitif. Dalam masa baktinya 6 tahun, Rusia telah mencapai 93-94% target yang telah ditetapkan dalam dekrit-dekrit yang diumumkan pada tahun 2012.
Tentang bidang ekonomi, Presiden Vladimir Putin menegaskan: Meski harus mengalami dua kejutan ialah sanksi yang dikenakan oleh Barat dan harga minyak tanah yang merosot sampai tarap rekor, tapi perekonomian Rusia telah mengatasi dan mencapai laju pertumbuhan. GDP meningkat 1,6%, Rusia menggeliat dan menduduki posisi pertama di dunia tentang ekspor padi-padian. Selain itu, inflasi berada di tarap rendah yang bersejarah, defisit APBN hanya mencapai 2,2%. Itulah indikasi-indikasi tentang satu perekonomian yang sehat dan mencapai pertumbuhan.
Masalah-masalah internasional dimulai dengan hubungan Rusia-Amerika Serikat (AS) maupun dengan Presiden AS, Donald Trump sendiri. Presiden Vladimir Putin memberitahukan: Meski menghadap rintangan-rintangan, Donald Trump tetap berharap akan memperbaiki hubungan dengan Rusia, oleh karena itu Vladimir Putin percaya bahwa hubungan antara dua negara akan dinomalisasikan.
Tentang masalah Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK), Presiden Vladimir Putin menegaskan: Rusia tidak mengakui RDRK sebagai status negara adi kuasa bidang nuklir. Hubungan Rusia-Tiongkok juga dinilai oleh Presiden Rusia sebagai positif di sudut kerjasama ekonomi, di antaranya ada proyek-propyek teknologi tinggi.
Tentang kunjungan di Suriah, Mesir dan Turki yang telah menimbulkan gema baru-baru ini, Vladimir Putin memberitahukan: Kunjungan direncanakan sudah ada sejak lama dan sekarang Rusia berfokus pada masalah-masalah rekonstruksi Suriah, di antaranya Rusia siap memecahkan masalah pengungsi dalam rangka “upaya bersama”.
Sehubungan dengan kesempatan ini, Presiden Vladimir Putin juga menegaskan lagi pendirian Rusia ialah mendukung sebuah negeri Irak yang bersatu.