KCNA: Pemimpin RDRK, Tiongkok sepakat memperkokoh hubungan bilateral demi perdamaian dan kestabilan di kawasan
(VOVWORLD) - Kantor Berita Sentral, “KCNA”, pada Jumat (21 Juni) memberitakan bahwa Pemimpin Republik Demokrasi Rakyat Korea ( RDRK), Kim Jong-un dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping telah sepakat memperkokoh hubungan bilateral demi perdamaian dan kestabilan di kawasan.
Presiden Tiongkok, Xi Jinping (kiri) dan Pemimpin RDRK, Kim Jong-un (Foto: Xinhua/VNA) |
Dua pemimpin telah mencapai persetujuan pada pembicaraan di Ibukota Pyong Yang pada Kamis (20 Juni) sehubungan dengan kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden Xi Jinping di RDRK. Menurut KCNA, dua pemimpin bersama-sama menilai hal ini sesuai dengan keuntungan-keuntungan bersama dua negara serta memberikan keuntungan bagi perkembangan perdamaian dan kestabilan di kawasan. Selain itu, dua pemimpin juga membahas pandangan tentang serangkaian masalah regional dan internasional yang penting.
KCNA menegaskan bahwa pembicaraan ini berlangsung secara serius dan terus-terang. Sebelumnya, media Tiongkok juga memberikan bahwa Presiden Xi Jinping dan Pemimpin RDRK, Kim Jong-un telah sepakat bekoordinasi untuk menciptakan masa depan yang cerah bagi hubungan-hubungan antara dua partai dan dua negara. Bersangkutan dengan masalah nuklir, pada pembicaraan, Presiden Xi Jinping memberitahukan bahwa komunitas internasional berharap agar Amerika Serikat (AS) dan RDRK bisa memulai kembali dialog yang efektif. Menurut dia, situasi di Semenanjung Korea “menimbulkan kecemasan bagi perdamaian dan keamanan di kawasan”, namun, tahun lalu telah menyaksikan prospek-prospek cerah melalui dialog. Pemimpin Tiongkok menegaskan bahwa Beijing mendukung solusi politik bagi masalah-masalah di Semenanjung Korea dan bersedia membantu memecahkan kecemasan tentang keamanan PyongYang serta berkomitmen memainkan peranan yang positif dalam pelaksanaan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Pada pihaknya, Pemimpin Kim Jong-un memberitahukan bahwa negaranya telah melaksanakan “banyak solusi positif” pada tahun lalu tetapi masih tidak mencapai tanggapan praktis dari pihak yang bersangkutan”. Meski begitu dia “masih bersabar” dan “berharap agar negara yang bersangkutan akan melakukan dialog langsung dengan RDRK dan memecahkan masalah-masalah yang menjadi minat bersama untuk memecahkan masalah di Semenanjung Korea”.