Ketegangan diplomatik di Teluk: Banyak upaya memecahkan krisis
(VOVWORLD) - Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May, pada Kamis (15 Juni), telah mendesak para pemimpin negara-negara Arab Saudi, Bahrain dan Qatar supaya mengeluarkan langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan yang pernah menimbulkan pemutusan hubungan yang dilakukan oleh negara-negara adi kuasa Arab terhadap Doha.
Dalam pernyataan-nya, juru bicara PM Theresa mengungkapkan isolasi terhadap Qatar di daerah Teluk dan menyerukan kepada semua fihak supaya cepat mengurangi ketegangan, melakukan dialog dan cepat mengusahakan kesempatan untuk memulihkan penyatuan dari Dewan Kerjasama Teluk (GCC).
Ilustrasi (Foto: Reuters) |
Menurut pernyataan tersebut, Qatar perlu terus menggunakan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dalam memecahkan situasi ektrimisme dan terorisme di kawasanmelalui kerjasama dengan para sekutu di Teluk. Pada malam harinya, pemimpin Inggris telah melakukan perbahasan dengan Raja Arab Saudi, Bahrain dan Qatar.
Pada hari yang sama, Presiden Turki, Tayyip Erogan berseru kepada Raja Arab Saudi, Salman bin Abdul –Aziz Al Saud supaya memecahkan perselisihan dengan Qatar sebelum Bulan Ramadhan berakhir. Menurut Presiden Tayyip Erdogan, negara-negara Islam tidak perlu mengenakan sanksi-sanksi terhadap negrara-negara Islam yang lain, khusunya pada Bulan Ramadhan ini. Dia juga menyatakan keinginan bahwa masalah ini akan dipecahkan melalui dialog pada akhir Bulan Ramadhan dan menekankan bahwa sekarang ini Raja Salman bisa melaksanakan langkah ini.
Krisis Teluk juga merupakan titik berat agenda dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) Aljazair, Abdelkader Messahel dan Penasehat Kementerian Masalah-Masalah presiden dari Uni Emirat Negara, Fares al-Mazrouei pada Kamis (15 Juni), di Aljir. Pada pertemuan ini, Menlu Abdelkader Messahel menegaskan pandangan Aljazair sejak ketegangan Teluk terjadi ialah mendesak semua fihak memecahkan sengketa dan perbedaan dengan dialog.