Konferensi Menteri Keuangan ASEAN+3 mengajukan cara untuk menghadapi krisis-krisis keuangan
(VOVWORLD) - Menteri Keuangan negara-negara Asia telah sepakat mempelajari persoalan memasukkan mata uang Yen Jepang dan Yuan Tiongkok ke dalam permufakatan-permufakatan pertukaran valuta asing bersama dengan mata uang dolar Amerika Serikat dalam upaya menghadapi krisis-krisis keuangan yang mungkin terjadi, bersamaan itu menolak proteksionisme pada latar belakang sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok belum berhenti.
Para utusan berpotret bersama pada Konferensi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara ASEAN pada 2/5/2019 di Fifiji. (Foto: Yonhap/Kantor Berita Viet Nam). |
Dalam pernyataan bersama setelah Konferensi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara-negara ASEAN dengan Jepang, Tiongkok dan Republik Korea (ASEAN+3) pada Jumat (2 Mei), di Fiji, negara-negara peserta konferensi ini telah menekankan menambahkan bermacam jenis mata uang ke dalam permufakatan tentang pertukaran valuta asing merupakan “satu alternatif memperkuat” untuk masa depan.
Ketika berbicara di depan kalangan pers setelah konferensi ini, Meneri Keuangan Jepang, Taro Aso menilai faktor positif dari rencana penyesuaian tersebut dan menganggap bahwa hal ini akan membantu memperluas kemampuan menghadapinya pada saat darurat karena satu negara yang sedang mengusahakan bantuan bisa memilih jenis mata uang yang mereka inginkan. Namun, sekarang belum jelas apakah Amerika Serikat menerima rencana ini atau tidak.
Juga pada konferensi ini, para peserta telah mengeluarkan pernyataan bersama untuk “mempertahankan kewaspadaan terhadap bahaya kemerosotan” yang bisa dihadapi oleh ekonomi negara-negara di kawasan, bersangkutan dengan sengketa dagang dan persyaratan keuangan global yang diperketat. Pernyataan bersama menunjukkan: Negara-negara berkomitmen mendukung sistim perdagangan multilateral secara prinsipil, bersamaan itu menentang semua bentuk dari proteksionisme. Tentang prospek ekonomi seluruh kawasan, pernyataan bersama ini menekankan: para peserta berharap agar pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN+3 akan “mempertahankan kestabilan”.
Konferensi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral ASEAN+3 berlangsung di sela-sela Konferensi tahunan Bank Pembangunan Asia (ADB) ke-52 berlangsung pada Rabu (1 Mei) di Fiji.