(VOVworld) - Setelah lebih dari setahun kekerasan meledak di Suriah, tanpa memperdulikan kehadiran para pengamat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), eskalasi kekerasan di Suriah selama hari-hari lalu telah mengauskan semua upaya menegakkan perdamaian dan punya bahaya memundurkan negara ini kedalam satu perang saudara berlumuran darah yang berkepanjangan.
Ilustrasi
(Foto: toquoc.vn)
Pada Jumat 15 Juni, semua demonstrasi besar-besaran untuk menentang pemerintah pimpinan Presiden Suriah, Bashar Al Assad telah berlangsung di Waer di dekat tempat panas Homs dan di kota Aleppo di Suriah Utara dan kota Latakia, kampung halaman Presiden Bashar Al Assad.
Dalam pada itu, Barat terus meningkatkan tekanan terhadap pemerintah pimpinan Presiden Bashar Al Assad. Uni Eropa (EU), pada Jumat 15 Juni, telah mengumumkan daftar nama barang yang dilarang diekspor ke Suriah. Perancis sedang mempertimbangkan solusi-solusi mengganti rencana perdamaian dari Utusan Khusus bersama dari PBB dan Liga Arab, Kofi Annan yang sudah mengalami kemacetan dan bisa menyampaikan alat-alat telekomunikasi kepada faksi pemberontak Suriah. Pada hari yang sama, Rusia membantah informasi yang menyatakan bahwa Moskwa sedang berbahas dengan beberapa negara lain tentang proses alih politik di Suriah, diantaranya ada masalah Presiden Suriah, Bashar Al Assad lengser./.