Majelis Umum PBB angkatan ke-69: Para pemimpin menyatakan kecemasan mendalam tentang aktivitas terorisme
(VOVworld) - Pada sidang perdebatan bersama tingkat tinggi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (MU PBB) angkatan ke-69, di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat, pada Rabu (24 September) menurut waktu lokal, masalah terorisme dan anti terorisme telah diungkapkan oleh hampir semua pemimpin dari negara-negara anggota pada latar belakang dunia sedang harus menghadapi satu organisasi teroris jahat baru yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) dan kecenderungan meningkatnya partisipasi dari para militan asing pada organisasi ekstrimis.
Kaum pembangkang melakukan parade di jalan
ketika menduduki kota Mosul
(Foto: AP)
Dalam pidato pembukaan, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menekankan kehilangan besar yang ditimbulkan oleh kaum teroris. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama menegaskan: Terorisme bukanlah merupakan masalah baru terhadap dunia, tapi sekarang telah berkembang di tarap lebih tinggi. Menurut Sekjen PBB, dunia sedang menghadapi ideologi beracun dari kaum anasir ekstrimis yang sedang memutarbalikan dan menyalah-gunakan agama. Oleh karena itu dunia harus melakukan upaya kolektif dalam perjuangan untuk menentang kaum teroris, menentang biang keladi yang menimbulkan perpecahan ras dan agama.
Dalam satu perkembangan yang lain, pada hari yang sama, Dewan Keamanan (DK) PBB mengesahkan resolusi mencegah kekuatan Islam ekstrimis. Resolusi yang diesahkan oleh 15 negara anggota DK PBB menyatakan kecemasan yang mendalam bahwa para militan teroris asing sedang berkecenderungan meningkat dari hari ke hari, mengancam keamanan baik di negara-negara yang mereka datangi untuk beraktivitas, maupun di kampung halaman dan tempat-tempat yang mereka transisi.
Pengesahan cepat resolusi ini oleh PBB dengan jumlah suara maksimal menunjukkan kecemasan yang semakin meningkat dari komunitas internasional tentang kecenderungan meningkatnya partisipasi dari kaum militan asing pada organisasi-organisasi ekstrimis dan ancaman yang ditimbulkan oleh kaum militan setelah pulang kembali ke Tanah Air./.