(VOVWORLD) - Emmanuel Macron, politikus yang berpandangan jalan tengah telah mencapai kemenangan dalam pilpres Perancis dengan ikutsertanya oleh 45 juta pemilih Perancis pada Minggu (7 Mei). Kemenangan yang dicapai oleh Emmanuel Macron tidak hanya dicatat dalam sejarah Perancis sebagai seorang Presiden yang paling muda, melainkan juga sedikit menenteramkan hati para mitra politik Eropa tentang posisi Perancis di tengah-tengah benua Eropa, menjaga satu Eropa yang satu
Dengan prosentase 66,1% jumlah kartu suara, jauh melampaui lawannya Marie Le Pen yang hanya mencapai 33,9% jumlah kartu suara, Emmanuel Macron menjadi Presiden penerus di Perancis. Kemenangan yang dicapai oleh Emmanuel Macron sedikit mencerminkan aspirasi rakyat negeri ini tentang satu gelombang angin politik baru di Perancis, ketika menitipkan kepercayaan kepada seorang politikus yang belum punya banyak pengalaman di gelanggang politik.
Emmanuel Macron terpilih menjadi Presiden Perancis yang paling muda (Foto: AFP/kantor Berita Vietnam) |
|
Segera setelah hasil pemilu yang diumumkan, banyak pemimpin di dunia telah mengucapakan selamat kepada pemilik baru Istana Elysees. Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump telah mengirim ucapan selamat atas kemenangan yang dicapai oleh Emmanuel Macron dan berharap akan melakukan temu kerja bersama. Para pemimpin Uni Eropa dengan cepat mengirim ucapan selamat kepada Presiden paling muda Perancis. Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker, di Twitter, mengatakan bahwa dia “merasa sangat gembira ketika rakyat Perancis memilih masa depan Perancis”, bersamaan itu berharap akan membangun satu Eropa yang lebih kuat dan lebih setara. Sementara itu, Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk menegaskan: “rakyat Perancis telah memilih kebebasan, kesetaraan dan persaudaraan".
Kanselir Jerman, Angela Merkel telah menelepon langsung untuk mengucapkan selamat kepada Emmanuel Macron. Di Facebook perseorangan, Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte telah memuji hasil pemilu dan mengatakan bahwa Emmanuel Macron adalah “pilihan yang progresif dan dukungan kepada Eropa”
Emmanuel Macron dengan haluan hubungan luar negeri melakukan integrasi secara lebih ekstensif bagi Peranci dalam Uni Eropa, akan memperkokoh kepercayaan para warga Perancis yang progresif dan Eropa pada umumnya yaitu ingin mempertahankan Perancis di tengah-tengah Eropa serta satu Eropa yang satu, setidak-tidaknya dalam waktu lima tahun mendatang. Karena kekhawatiran tentang satu skenario Frexit (yaitu Perancis ke luar dari Uni Eropa) pada tahun 2022 telah sepenuhnya padam.
Meski presiden penerus Perancis akan menghadapi banyak tantangan ketika mewarisi sebuah negeri yang sedang menjumpai kesulitan ekonomi dan banyak kekhawatiran tentang keamanan, tapi kemenangan yang dicapai Emmanuel Macron juga membuka satu bab baru di gelanggang politik Perancis. Menurut penilaian, pemungutan suara baru-baru ini pada hakekatnya adalah satu referendum di Perancis, anggota pendiri dari hari-hari yang paling sulit, apakah terus berjalan bersama dengan Uni Eropa atau tidak dan jawaban itu sudah ada.