Satu situasi hipotetis ialah para pasien Covid-19 harus mengalami infus dan tinggal di rumah sakit sendirian untuk menghindari penularan. Ketika tidak ada yang bisa membantu, mereka tidak bisa melaporkan sendiri kepada dokter ketika infus selesai, kalau insiden terjadi akan sangat sulit ketika ada terlalu banyak pasien dalam waktu bersamaan atau dalam situasi gelap.

Oleh karena itu, kelompok lima mahasiswa tersebut telah merancang mesin pengawasan infus. Pesawat ini akan secara otomatis menghitung mundur waktu infus dan memberi peringat jika terjadi insiden.

Keunggulan proyek tersebut ialah harganya murah dan bisa terhubung dengan aplikasi di telepon genggam.

Proyek tersebut dinilai para pakar memiliki makna praktik dalam kehidupan, mengurangi beban para dokter dalam melawan wabah.