Pimpinan Jerman dan Perancis membahas masa depan Uni Eropa
(VOVWORLD) - Presiden Perancis, Emmanuel Macron, pada Kamis (19 April), telah melakukan kunjungan kerja dengan Kanselir Jerman, Angela Merkel di Berlin, Ibukota Jerman untuk berbahas tentang masa depan Uni Eropa dan masalah-masalah yang bersangkutan.
Presiden Perancis, Emmanuel Macron (kiri) dan Kanselir Jerman, Angela Merkel (Foto: dw.com) |
Pada jumpa pers bersama, Kanselir Angela Merkel dan Presiden Emmanuel Macron menegaskan kembali keinginan melakukan kerjasama erat antara dua negara dalam melakukan reformasi Uni Eropa dan Eurozone. Presiden Emmanuel Macron telah memperingatkan bahwa Uni Eropa sedang “terguncang” karena gejolak-gejolak besar dan sedang ada pandangan-pandangan yang berbeda. Menurut dia, perang dan sengketa dagang sedang menguji kedaulatan bersama Uni Eropa dan ini merupakan saat yang sangat penting bagi masa depan Eropa. Dia telah mengusulkan solusi-solusi untuk melakukan reformasi Uni Eropa dan Eurozone, tapi rekomendasi-rekomendasi tersebut sedang menimbulkan perdebatan di Jerman.
Pada fihaknya, Kanselir Angela Merkel menekankan bahwa kedua negara ingin mengeluarkan rekomendasi bersama untuk memulihkan Eropa tanpa memperdulikan perbedaan-perbedaan tentang isi reformasi Uni Eropa. Dia menyatakan bahwa perlu ada perbahasan-perbahasan terbuka untuk membuka peluang bagi satu kompromi terakhir. Kanselir Jerman menegaskan bahwa Uni Eropa hanya melaksanakan kepentingan-kepentingan-nya satu sama lain dan ini merupakan kerjasama sentral antara Berlin dan Paris.
Kedua Pemerintah juga menyetujui bahwa “Eurozone masih tetap belum cukup tenaga untuk melawan terorisme”. Meskipun masih tetap ada banyak perbedaan pandangan dengan Perancis, tapi hampir Berlin maupun Paris akan sepakat mengeluarkan satu permufakatan bagi rencana-rencana reformasi Uni Eropa pada bulan Juni ini.
Selain tema reformasi Uni Eropa dan Eurozone, Kanselir Angela Merkel dan Presiden Emmanuel Macron juga mengumumkan bahwa mereka bisa berbagi tanggung jawab bersama dalam sengketa dagang dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan solusi bagi bentrokan Suriah ketika kedua pemimpin tersebut akan melakukan kunjungan ke AS pada pekan depan.