(VOVworld) – Pernyataan yang dikeluarkan Kantor Presiden Perancis setelah rapat antara Presiden Perancis, Francois Hollande dengan para Menteri tinggi dan komandan tentara, Kamis (19/11) menunjukkan: “Presiden Francois Hollande telah memberikan instruksi-instruksi yang perlu untuk memperkuat operasi militer yang sedang dilakukan terhadap Daesh (IS) di Suriah dan Irak”.
Pada hari yang sama, dalam satu rancangan resolusi yang disampaikan kepada Dewan Keamanan Perseriktan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Perancis telah mengimbau kepada badan ini supaya membolehkan negara-negara “melaksanakan semua langkah yang diperlukan” untuk melawan IS. Selain itu, naskah ini juga mendesak kepada semua negara anggota PBB supaya memperkuat dan mengkoordinasikan upaya untuk mencegah tindakan-tindakan teror yang dilakukan IS.
Pesawat Rafale milik Perancis ikut serta
dalam serangan udara terhadap IS di Irak
(Foto: vietnamplus.vn)
Dalam satu perkembangan yang bersangkutan, badan kejaksaan Perancis, Kamis (19/11) memberitahukan bahwa bidang keladi dibasmi dalam kasus pemburuan di Saint-Denis, peluaran Ibukota Paris Utara, Rabu (18/11) adalah Abdelhamid Abaaoud, tersangka utama dalam serentetan serangan teror berdarah di kota Paris lalu. Sebelumnya, Rabu (18/11), polisi Perancis telah memburu Abdelhamid Abaaoud, 28 tahun, orang Belgia keturunan Maroko, dicurigai membuat rencana untuk melaksanakan serentetan pemberondongan meriam dan serangan bom di kota Paris.
Pada hari yang sama, Majelis Rendah Perancis telah memungut suara mengesahkan rencana memperpanjang situasi darurat 3 bulan lagi setelah perintah ini diterapkan segera setelah terjadi musibah teror di Ibukota Perancis, sehingga menewaskan 129 orang dan melukai kira-kira 350 lainnya pada 13/11 lalu.
Presiden Perancis, Francois Hollande, Rabu (18/11) menyatakan bahwa “Perancis tetap merupakan negara liberal” ketika dia memutuskan mempertahankan komitmen menerima 30.000 migran asing dan pengungsi, tanpa memperdulikan serangan-serangan teror di kota Paris baru-baru ini.