Rusia dan NATO berselisih tentang masalah Ukraina
(VOVworld) – Rusia dan NATO telah tidak bisa mengatasi semua perselisihan yang mendalam tentang masalah Ukraina. Demikian isi pemberitahuan yang dikeluarkan oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg setelah sidang tingkat duta besar Dewan Rusia-NATO di Brussels (Belgia) pada Rabu (13/7). Akan tetapi, pejabat NATO ini tidak menunjukkan secara terinci semua perselisihan ini.
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg
(Foto: vtv.vn)
Ketika berbicara di depan satu sidang di Brussles, Wakil Tetap Rusia di NATO, Alexander Grushko memberitahukan bahwa salah satu tema yang dibahas oleh dua pihak ialah pelaksanaan masalah-masalah politik dalam kerangka Permufakatan Minsk tentang Ukraina. Menurut Grushko, untuk bisa melaksanakan hal ini memerlukan berbagai mekanisme yang berbeda-beda seperti misal “Kwartet Normandia”, “Kelompok kontak”, dan Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE). Dia menegaskan bahwa tidak ada sebarang aktivitas militer yang dilakukan Rusia di Ukraina, bersamaan itu menekankan pemecahan krisis di negara tetangga ini bergantung pada kemungkinan pemerintahan Kiev melaksanakan semua langkah yang sudah dipermufakatkan. Selain itu, wakil Rusia di NATO menuduh langkah-langkah yang dilakukan oleh NATO di lambung Timur adalah tidak layak dan tanpa guna. Dia menyatakan bahwa NATO sedang membawa semua pihakkembali ke suasana periode Perang Dingin, sekaligus menegaskan bahwa “pola konfrontasi” yang sedang diciptakan oleh NATO tidak bisa menimbulkan tekanan terhadap Rusia.
Juga pada Rabu (13/7), dari Kazakhstan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergei Lavrov menyatakan bahwa Moskwa bersedia bekerjasama dengan NATO dalam kerangka Perjanjian dasar Rusia-NATO tahun 1997. Menurut dia, NATO perlu berinisiatif menerapkan langkah-langkah menghidupkan kembali hubungan kerjasama dengan Rusia, karena Moskwa tidak berinisiatif memutus kerjasama di bidang anti terorisme, tidak membekukan kanal-kanal korodinasi aktivitas memberikan bantuan kepada pasukan Afghanistan agar pasukan ini menghadapi secara lebih efektif organisasi yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS) dan semua kelompok ekstrimis lain maupun bidang-bidang kerjasama lain dengan NATO.