(VOVworld) – Ketegangan antara Jepang dan Tiongkok terus menunjukkan tanda-tanda memanas setelah kunjungan yang dilakukan para pejabat dan legislator Jepang di kuil Yasukuni. Kunjungan yang dilakukan oleh 168 legislator Jepang pada Selasa (23 April) di kuil Yasukuni sehubungan dengan Festival Musim Semi telah segera diumumkan oleh kalangan pers Tiongkok dan dianggap bahwa gerak-gerik ini memanifestasikan bahwa kekuatan sayap kanan Jepang sedang cenderung bangkit.
Kuil Yasukuni
(Foto: vietnamplus.vn)
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Tiongkok telah mengeluarkan pernyataan memprotes keras kunjungan di kuil Yasukuni yang dilakukan oleh tiga anggota dalam pemerintah Jepang, di antaranya ada Deputi Perdana Menteri Jepang, Taro Aso, pada Minggu (21 April) lalu. Dalam jumpa pers sebelumnya, jurubicara Kemlu Tiongkok, Hua Chunying telah meminta kepada Jepang supaya punya cara memandang yang lebih tepat tentang sejarah agresi pada masa lalu, dari situ mendorong hubungan dengan negara-negara Asia lain.
Dalam satu gerak-gerik lain pada hari yang sama, Menteri Luar Negeri (Menlu) Jepang, Fumio Kishida dan Deputi Menlu Amerika Serikat, William Burns yang sedang melakukan kunjungan di Tokyo (Jepang) telah menyetujui kerjasama yang erat untuk menghadapi Republik Demokrasi Rakyat (RDR) Korea pada latar belakang ada indikasi Pyongyang siap melakukan uji coba peluru kendali balistik. Pada acara konsultasi, Menlu Jepang Fumio Kishida dan Deputi Menlu AS, William Burns juga menyetujui bahwa Jepang dan AS perlu memperkuat kerjasama dengan Republik Korea mengenai masalah tersebut, bersamaan itu membahas pandangan tentang cara mengembalikan RDR Korea di perundingan 6 fihak tentang denuklirisasi di semenanjung Korea.
Pada hari yang sama, para Menlu dari 28 negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) telah mengimbau kepada RDR Korea supaya meninggalkan semua senjata nuklir serta program-program rudal balistik dan nuklir yang sedang dimiliki negara ini, berpartisipasi pada “perundingan-perundingan yang terpercaya dan benar tentang denuklirisasi”./.