(VOVworld) – Pada Rabu (28 Maret), Pemerintah Tunisia telah mengutuk keras serangan-serangan terhadap museum Bardo di Ibukota Tunis, bersamaan itu berkomitmen akan berusaha sekuat tenaga untuk mencegah tindakan-tindakan serupa terjadi kembali. Setelah pasukan Tunisia mengakhiri operasi penyelamatan sandra di museum Bardo, dalam pidatonya Presiden Tunisia, Beji Caid telah menyebut serangan ini
“sebagai kejahatan yang mengerikan”, bersamaan itu menyampaikan ucapan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga para korban. Presiden Caid memberitahukan bahwa Pemerintah telah segera melaksanakan semua langkah yang bisa dilaksanakan untuk mencegah satu tragedi serupa terjadi dan sudah pasti, Tunisia akan tidak mau tunduk dalam perang anti terorisme.
Polisi Tunisa berada di tempat kejadiaan serangan di museum Bardo
(Foto: Kantor Berita Vietnam)
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon segera mengutuk keras serangan teror di museum Bardo dan menyampaikan ucapan belasungkawa kepada keluarga para korban. Presiden Perancis, Francois Hollande mengecam serangan teror tersebut, bersamaan itu menegaskan solidaritas Paris dengan Tunisia. Sementara itu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry memberitahukan bahwa Washington menyambut baik reaksi yang tepat waktu dari Tunisa dalam menangani kasus ini, menstabilkan situasi dan menegaskan bahwa Pemerintah Amerika Serikat akan terus mendukung upaya-upaya Pemerintah Tunisia guna menjamin keamanan dan kesejahteraan negara Afrika Utara ini.
Pada Rabu (18 Maret), para anasir yang berpakaian seragam tentara telah memberondongi tempat pemberhentian bus di luar museum Bardo, setelah itu menahan banyak sandra dan bertahan di dalam museum pada saat pasukan keamanan menjalankan kepungan. Menurut Televisi Nasional Tunisia, jumlah korban yang tewas adalah 17 orang, diantaranya ada 5 wisatawan Jepang, 4 orang Italia, 2 orang Kolombia. Negara-negara Australia, Perancis, Polandia dan Spanyol masing-masing ada seorang warga negara yang tewas dalam serangan ini./.