Uni Eropa berupaya keras mempersempit perselisihan tentang masa depan Eropa

(VOVworld) - Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa, pada Jumat (10 Maret), telah mengakhiri sesi perbahasan dari 27 negara anggotanya, tanpa ada hadirnya wakil Inggeris untuk  berbahas tentang masa depan Eropa. Pada sesi perbahasan ini,  para pemimpin Uni Eropa telah berupaya keras untuk saling mendekati di atas dasar pendirian sendiri, dalam target menyusun satu pernyataan bersama yang dijadwalkan akan diumumkan pada 25 Maret ini sehubungan dengan peringatan ultah ke-60  penandatanganan Traktat Pembentukan Persekutuan di Roma, Italia.


Uni Eropa berupaya keras  mempersempit perselisihan tentang masa depan Eropa - ảnh 1
Eropa sedang banyak berupaya untuk mencapai kesepakatan (Ilustrasia)
(Foto: Jacques Delors Institute)


Di depan jumpa pers setelah konferensi tersebut berakhir, Presiden Komisi Eropa, Jean Claude Juncker menyatakan tidak berminat menimbulkan perpecahan terhadap skenario “satu Eropa multilaju”. Namun, sekarang beberapa negara Eropa Timur seperti Polandia dan Hungaria merasa khawatir jika mereka tidak berpartisipasi pada  hubungan-hubungan “kerjasama penguatan”, maka akan tersingkir dalam proses mengajukan keputusan blok ini dan ada bahaya menjadi “negara kelas dua” dalam Uni Eropa. Perdana Menteri Polandia, Beata Szydlo menyatakan tidak mendukung ide satu Eropa  multilaju, salah satu diantara skenario-skenario  yang telah ditetapkan untuk 27 negara anggota tentang satu masa depan pasca Brexit. PM Polandia juga menekankan: Uni Eropa harus mempunyai kemampuan melakukan reformasi sendiri. Selain kesepakatan politik, Uni Eropa juga perlu menyepakati institusi.

Komentar

Yang lain