Uni Eropa menuntut kepada Turki supaya menghentikan operasi militer dan menarik pasukan
(VOVWORLD) - Para pemimpin Uni Eropa, pada Jumat (18 Okotber), menegaskan kembali: Turki perlus menghentikan operasi intervensi militer di Suriah dan menarik pulang tentaranya. Gerak gerik tersebut berlangsung setelah Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Mike Pence mengumumkan bahwa pihak Turki telah menyetujui satu gencatan senjata yang memakan waktu 5 hari di Suriah Timur Laut untuk membolehkan pasukan orang Kurdi menarik serdadunya dari “kawasan aman” yang menurut rencana dibentuk oleh Ankara.
Tank militer Turki di kawasan Tal Abyad, Syria (Foto: Xinhua / VNA) |
Pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh 28 negara Uni Eropa di Konferensi Tingkat Tinggi Uni Eropa di Brussels (Belgia) menunjukkan: Dewan Eropa mencatat pengumuman AS dan Turki tentang gencatan senjata untuk sementara dalam waktu 5 hari di Suriah Timur Laut, namun Uni Eropa sekali lagi berseru kepada Turki supaya menghentikan tindakan militer-nya, menarik pasukan-pasukan dan menghormati hukum kemanusiaan internasional. Negara-negara Uni Eropa menganggap bahwa operasi militer ini sedang menimbulkan “derita-derita yang tidak bisa diterima terhadap manusia” dan menghancurkan perang anti-IS.
Sebelumnya, Ketua Parlemen Eropa, David Sassoli berseru kepada Uni Eropa supaya memperketat sanksi-sanksi terhadap Turki. Dia mengatakan bahwa Uni Eropa sebaiknya menghentikan semua perundingan tentang masuknya Turki ke Uni Eropa karena serangan tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PerserikatanBangsa-Bangsa, Antonio Guterres, pada Kamis (17 Oktober), menyambut baik semua upaya untuk mengurangi ketegangan di Suriah Timur Laut dan membela penduduk sipil.