Vietnam berbagi pengalaman dalam mengatasi akibat bom, ranjau dan bahan peledak pasca perang
(VOVWORLD) - Lokakarya tentang pengelolaan risiko akibat bom, ranjau dan bahan ledak pasca perang diadakan oleh Pusat Internasonal Jenewa tentang pembersihan bom dan ranjau kemanusiaan (GICHD), pada Rabu (5/9), di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di Jenewa, Swiss.
Pekerjaan membersihkan bom dan ranjau pasca perang (Ilustrasi) (Foto: Koran An ninh thu do) |
Ketika berbicara di depan acara pembukaan lokakarya tersebut, Duta Besar Duong Chi Dung, Kepala Perwakilan Tetap Vietnam di samping PBB beserta wakil WTO dan berbagai organisasi internasional yang lain di Jenewa, menekankan bahwa Vietnam merupakan salah satu negara yang paling banyak terkena polusi akibat bom dan ranjau serta menderita akibat yang paling berat di dunia. Dia menegaskan bahwa Vietnam telah melakukan upaya-upaya penting dengan sumber daya nasional guna mengatasi akibat bom dan ranjau. Pemerintah Vietnam setiap tahun telah menyediakan ratusan miliar VND untuk aktivitas-aktivitas pembersihan bom, ranjau dan bahan peledak, menghidupkan dana lahan, menjamin lingkungan dan syarat yang aman untuk produksi; mengobati dan membantu para korban bom dan ranjau berbaur pada masyarakat, meningkatkan pemahaman rakyat untuk mengurangi kecelakaan dan cedera akibat bom dan ranjau. Bersamaan itu, sudah bertahun-tahun ini, Vietnam telah bekerjasama dengan GICHD untuk mengurangi akibat-akibat bom, ranjau dan bahan peledak pasca perang.
Pada lokakarya tersebut, Duta Besar Stefano Toscano, Direktur GICHD menganggap bahwa pengalaman yang diperoleh dari proyek di Vietnam mempunyai arti penting terhadap proses menjinakkan bom dan ranjau pasca perang di negara-negara di kawasan seperti Laos dan Kamboja. Sementara itu, wakil dari Kerajaan Inggris juga berbagi kesulitan tentang pengelolaan bom dan ranjau di negara-negara Asia Tenggara.