A: Saudara pendengar, saya Nguyen Ha
B: Dan saya Thuy Trang. Kami menyambut para pendengar mendengarkan program siaran khusus pada hari akhir tahun Imlek, Ky Hoi.
A: Para pendengar, Anda Sekalian pernah mengenal aktivitas-aktivitas budaya yang unik pada Hari Raya Tet Viet Nam.
B: Pada Hari Raya Tet tahun ini, marilah para pendengar bersama-sama menghayati emosi istimewa tentang Hari Raya Tet di daerah-daerah pedesaan.
A: Yang berbicara tentang Hari Raya Tet di daerah-daerah pedesaan dengan kita pada hari ini ialah Doktor Tran Huu Son, mantan Wakil Ketua Asosiasi Kesenian Rakyat Viet Nam.
Pak Son: Halo saudara pendengar
Musik
Bagian I:
A: Saudara pendengar, menunggu-nunggu Hari Raya Tet, ingat pada Hari Raya Tet merupakan satu emosi yang sangat aneh dari orang Viet Nam ketika musim semi tiba.
B: Karena, Hari Raya Tet memberikan keterkaitan, rasa kasih sayang dan keberbagian dalam keluarga, marga dan masyarakat. Oleh karena itu, walaupun lebih sibuk dan lebih pontang panting terbanding dengan hari biasa, tapi Hari Raya Tet tetap sangat ditunggu-tunggu dan dirindukan orang.
A: Saat-sat di mana semua keluarga dan orang siap menyambut Hari Raya Tet, rasa rindu akan Hari Raya Tet semakin lebih mencekam. Yaitu kisah ingat pada Hari Raya Tet dari saudari Nguyen Thu Ha, 35 tahun, personel perkantoran di Kota Ha Noi dan saudara Tran Cong Vinh, 23 tahun, pramugara Maskapai Penerbangan Viet Nam Airlines yang akan kami sampaikan kepada para pendengar berikut ini.
B: Bagi mereka, rasa rindu akan Hari Raya Tet merupakan perasaan masa anak-anak yang selalu kembali ketika Hari Raya Tet menjelang tiba.
Voxpop:
Saudari Ha: “Ketika masih hidup di daerah pedesaan miskin, walaupun hampir sebulan lagi Hari Raya Tet baru tiba, tapi banyak anak-anak yang lain di desa telah dengan tercekam menunggu-nunggunya dari hari ke hari agar Hari Raya Tet cepat tiba. Pada masa anak-anak kami, Hari Raya Tet merupakan “surga” dari banyak kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata”.
Saudara Vinh: “Hari Raya Tet masa dulu ditunggu-tunggu dengan perasaan mencekam, maka tentunya mereka menyambutnya dengan kegembiraan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Pada waktu itu, pada tanggal 30 Hari Raya Tet pagi, ketika turun dari ranjang saya dua melihat ibunya sudah pulang dari pasar. Di lantai rumah penuh dengan daun pisang, daun ganyong, daging, kacang hijau, beras ketan dan sebagainya. Ayah, ibu dan kakek bersama-sama membungkus kue Chung. Saya asyik dengan rasa dapat duduk melihat atau yang lebih tepat ialah suasana berkumpul dengan keluarga”.
A: Pak Tran Huu Son, dengan pengertian dari seorang peneliti kebudayaan folklor, bagaimana penjelasan pak tentang rasa rindu akan Hari Raya Tet dari orang Viet Nam?
Pak Sơn: “Hari Raya Tet pada pokoknya berlangsung dalam satu hubungan khas dari orang Viet Nam yaitu kehangatan dan berkumpulnya para anggota keluarga. Di mana saja, bekerja di mana saja, akhirnya juga kembali berkumpul dengan keluarga pada Hari Raya Tet. Itu merupakan waktu dan ruang yang suci, maka semua orang menunggu-nunggunya”.
B: Bagi bapak, kapan dan bagaimana bapak menyambut Hari Raya Tet?
Pak Sơn: “Sekarang, saya sudah berusia lebih dari 60 tahun, tapi pada hari-hari dekat dengan Hari Raya Tet, saya merasa rindu seperti baru berusia 5-6 tahun yang menyambut kembalinya ibu dari pasar dan mendapat pakaian baru yang dibeli oleh ibu. Sampai tanggal 30 Hari Raya Tet, saya tetap punya rasa keramat walaupun berada di Kota Ha Noi atau Provinsi Lao Cai dan sebagainya, semuanya rindu pada kampung halaman dan ingin kembali untuk masuk ke pelukan ibu”.
Lagu
Bagian II: Aroma Hari Raya Tet di daerah pedesaan
A-Para pendengar, rasa rindu akan Hari Raya Tet dari orang Viet Nam berada setelah hari bulan purnama sampai tanggal 30 bulan duabelas Imlek. Pada waktu ini, Hari Raya Tet sudah tiba di pintu gerbang rumah. Rasa rindu akan Hari Raya Tet telah menjadi kegembiraan ketika berkumpul bersama dengan keluarga dan para sanak keluarga yang tercinta.
B-Bersama dengan kegembiraan ketika dapat berkumpul dengan keluarga, Hari Raya Tet di daerah pedesaan dengan aktivitas-aktivitas yang kental dengan peradaban padi sawah berlangsung di seluruh desa, selalu menciptakan keterkaitan komunitas dan selalu memberikan emosi-emosi khusus tentang satu ruang dan waktu yang paling istimewa dalam setahun kepada setiap orang.
A-Marilah para pendengar bersama-sama menghayati Hari Raya Tet di Desa Cam Che, Kabupaten Thanh Ha, Provinsi Hai Duong untuk berbagi emosi-emosi istimewa ini.
Reportase: Hari akhir tahun di Desa Cam Che
Pada dini pagi tanggal 30 Hari Raya Tet, pasar di Desa Cam Che, Kabupaten Thanh Ha, Provinsi Hai Duong telah ramai dengan penjual dan pembeli. Warga desa pergi ke pasar lebih dini, karena pada siang harinya, mereka harus kembali ke rumah guna membuat sajian ritual akhir tahun. Ada keluarga yang sibuk dengan usaha pertanian, pada hari ini baru membungkus kue Chung, maka mereka juga pergi ke pasar untuk membeli daun ganyong dan beras ketan.
Berbaur pada arus pembeli dan penjual di pasar, saudari Phan Thi Hoa sedang memilih buah-buahan untuk mempersiapkan talam lima jenis buah di keluarganya. Seperti halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, dia juga membeli beras ketan untuk membuat kue Chung, membeli ayam dan sosis untuk kebutuhan Hari Raya Tet. “Pada Hari Raya Tet, semua orang harus mempersiapkan barang-barang kebutuhan Hari Raya Tet. Semua orang ingin mempersiapkan tambahan barang kebutuhan Hari Raya Tet untuk keluarganya. Bagaimanapun tahun baru harus menjadi lebih megah dan meriah. Hari Raya Tet selalu lebih ramai dan lebih gembira”.
Pasar Hari Raya Tet di Desa Cam Che memiliki aroma tersendiri. Yaitu baunya buah-buahan, dupa, daun ganyong, jahe, serai dan sebagainya. Walaupun penuh dengan barang-barang kebutuhan Hari Raya Tet, tapi saudari Phan Thi Hoa tidak lupa membeli ketumbar untuk membawa aroma pasar Hari Raya Tet ke kerumahnya.
Di lapangan rumah saudari Phan Thi Hoa pada pukul 8.00 kelihatan para laki-laki yang merupakan kepala dari keluarga-keluarga tetangga yang sedang menyembelih bersama seekor babi yang berbobot 60 kilogram untuk dibagikan kepada setiap keluarga.
Adat bersama-sama menyembelih babi dipertahankan oleh warga Desa Cam Che selama bertahun-tahun ini, bagaikan satu cara agar tetangga saling membantu pada Hari Raya Tet. Setelah bersama-sama menyembelih babi, mereka akan bersama-sama memasak satu panci kue Chung.
Sangat cepat, 4 orang lelaki telah berhasil membungkus 20 buah kue Chung dengan beras ketan, daun ganyong yang dibeli oleh saudari Hoa di pasar dan daging babi yang baru saja disembelih bersama di lapangan. Tran Manh Thang, suami saudari Hoa mulai memasak panci kue Chung di sudut kebun. Di dapur keluarganya, saudari Hoa juga sedang mempersiapkan sajian untuk memuja nenek moyang. Sejak waktu itu hingga sore harinya, Hari Raya Tet di keluarga saudari Hoa akan hangat dan berkumpul di sekitar talam jamuan akhir tahun ini. Setelah membersihkan altar, mengatur talam lima jenis buah, selesai mempersiapkan talam jamuan akhir tahun, dia akan mengundang arwah nenek moyang untuk kembali ke bumi menikmati Hari Raya Tet bersama dengan keluarga. Sedangkan, saudari Hoa akan memasak panci air dengan ketumbar yang dia beli pada pagi hari untuk memandikan anak-anaknya, lalu memilih pakaian-pakaian yang paling disukai untuk dikenakan pada Hari Raya Tet.
Musik
A: Pak Tran Huu Son, bagaimana komentar pak tentang pasar-pasar Hari Raya Tet?
Pak Sơn: “Pasar Hari Raya Tet pertama-tama punya fungsi jual-beli. Tapi jual-beli pada hari ini sangat istimewa, harus membeli barang yang digunakan pada Hari Raya Tet dan menjual barang-barang yang hanya ada di pasar Hari Raya Tet. Dan yang lebih istimewa lagi ialah pasar Hari Raya Tet berlangsung pada pagi hari, tapi kalau lambat sudah kehabisan barang”.
A: Bapak telah banyak pergi dan dapat menghayati Hari Raya Tet di banyak daerah pedesaan. Menurut bapak, apa perbedaan Hari Raya Tet di daerah-daerah yang lain?.
Pak Son: Kita bisa melihat bahwa suasana di pedesaan pada Hari Raya Tet menjadi lebih bergelora, tidak sepi seperti hari-hari biasa. Ia menjadi satu hari multidimensi, dimensi bagi ruang orang yang sudah meninggal, dimensi bagi ruang sanak keluarga dan dimensi bagi ruang tetangga. Semua hal itu telah menonjolkan apa yang disebut “berkumpul”.
B: Menurut bapak, apakah sifat komunitas dan budaya berbagi, keberkumpulan merupakan ciri-ciri khas dari Hari Raya Tet di pedesaan?
Pak Son: Sifat komunitas di kota juga ada, tetapi di pedesaan lebih jelas. Di pedesaan, orang-orang ingin langsung bertemu.
A: Terima kasih. Marilah Anda Sekalian terus mengikuti acara khusus!
Lagu
Bagian III: Berbincang-bincang tentang Hari Raya Tet
A: Para pendengar, hari akhir tahun lama (kalender imlek) selalu menjadi waktu yang suci bagi orang Vietnam.
B: Di hari akhir tahun, orang Vietnam melaksanakan banyak adat istiadat yang sangat khas dalam peralihan langit dan bumi. Marilah Anda Sekalian mengikuti reportase dengan judul: “Berbincang-bincang tentang Hari Raya Tet”, menceritakan konektivitas-konektivitas yang keramat antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia yang hidup dengan manusia yang sudah meninggal dunia pada hari akhir tahun ini.
Reportase: Berbincang-bincang tentang Hari Raya Tet
Pada pagi hari tanggal 30 bulan duabelas (imlek), di rumah pemujaan marga Pham, di Desa Dong Ngac, Distrik Tu Liem Utara, Kota Hanoi, anak-cucunya telah berkumpul untuk memasak hidangan makan akhir tahun serta jamuan untuk menyambut malam hari alih tahun. Bapak Pham Gia Quy memberitahukan:
“Pada tanggal 30 Hari Raya Tet, kami sangat sibuk. Anak cucu membersihkan altar, rumah dan rumah pemujaan. Banyak keluarga yang membuat kue Chung. Pada malam ini, anak-cucu berkumpul di samping panci kue Chung, maka sangat senang. Pada malam hari tanggal 30 Hari Raya Tet, pemujaan nenek moyang sangat penting untuk menjaga tradisi”.
Setelah menyelesaikan ritual, orang-orang seluruh marga Pham berkumpul di sekitar talam jamuan di sore hari tanggal 30. Mereka menikmati masakan-masakan yang kental dengan aroma Hari Raya Tet tradisional, dan berbincang-bincang tentang pekerjaan-pekerjaan selama tahun lama dan rencana-rencana untuk tahun baru. Waktu perkumpulan itu ditunggu-tunggu anak-cucu marga Pham Gia. Tran Thi Vui, anggota marga Pham Gia mengatakan:
“Hidangan jamuan pada hari akhir tahun merupakan kesempatan bagi anak-cucu menyatakan ucapan terima kasih kepada nenek moyang atas rezeki yang diberikannya untuk membantu kami bekerja baik, belajar baik; memanifestasikan moral “minum air harus ingat pada sumbernya”. Sudah sejak lama ini menjadi adat istiadat indah dalam kehidupan spirituil orang Vietnam”.
Pada malam hari, tanggal 30 Hari Raya Tet, dalam rumah dari kayu dengan lima ruangan dan juga merupakan tempat pemujaan nenek moyang, generasi-generasi anak cucu marga Pham berkumpul untuk menunggu malam hari alih tahun.
Suara efek 5
Waktu menyambut malam hari alih tahun sudah datang. Bapak Pham Quang Dai, Kepala Marga Pham membakar dupa di altar nenek moyang dan berbisik-bisik menyembah. Hari Raya Tet sungguh-sungguh datang di marga Pham Gia.
Musik
A: Anda Sekalian baru saja mendengarkan reportase dengan judul: “Berbincang-bincang tentang Hari Raya Tet” dalam acara khusus tanggal 30 Hari Raya Tet.
B: Bapak Tran Huu Son, marga Pham Gia mengundang roh nenek moyang pulang menikmati Hari Raya Tet di hari akhir tahun. Itu apa maksudnya?
Bapak Son: Orang-orang ingin berkomunikasi langsung dengan dunia roh. Orang-orang harus datang ke makam, membersihkan kawasan makam, membawa benda-benda sajian seperti dupa dan bunga untuk mengundang arwah nenek-moyang pulang kembali menikmati Hari Raya Tet. Dan juga pada sore hari tanggal 30 itu, orang-orang berdiri di depan altar untuk menyembah dan mengundang arwah nenek moyang menikmati Hari Raya Tet bersama dengan anak cucu. Orang-orang ingin agar nenek moyangnya pulang melalui dupa itu”.
B: Pak, kepercayaan-kepercayaan rakyat ini memperindah apa pada Hari Raya Tet tradisional Vietnam?
Bapak Son: Ritual rakyat menghangatkan orang-orang, membuat kebudayaan bangsa sekali lagi dilakukan. Semua hal itu laksana satu pagelaran yang hanya ada sekali. setiap tahun Jadi, itulah nilainya”.
Lagu
Para pendengar, tahun lama imlek shio babi menjelang lewat, tahun baru imlek shio tikus sedang mendekat. Keberkumpulan-keberkumpulan keluarga, keberbagian dengan masyarakat sekitar pada hari-hari Tet akan merupakan fondasi budaya bagi orang Vietnam untuk secara mantap melangkah pada tahun depan.
B: Kami ingin menyampaikan ucapan selamat Hari Raya Tet kepada semua pendengar yang merayakannya. Semoga menikmat satu musim semi yang bermakna dan penuh kasih sayang.
Bapak Son: Terima kasih!
A: Marilah Anda Sekalian terus mengikuti acara warta berita.