Pada pekan lalu, Saudara Waluyo Ibn Dischman di Jawa Barat mengirim Laporan hasil pemantauan siaran Radio dari tanggal 21-25/6 dengan kualitas gelombang yang baik dan jelas didengarkan. Saudara Eddy Setiawan di Bekasi mengirim Laporan hasil pemantauan siaran Radio dari tanggal 18-25/6 di frekuensi 12020 KHz dengan penilaian SINPO 44444. Saudara Thedja Haryanto di Kalimantan mengirim Laporan hasil pemantauan siaran Radio dari tanggal 10-22/6 di frekuensi 12020 Khz dengan penilaian SINPO 44444, khususnya pada tanggal 15/6 tidak bisa didengarkan. Selain itu, kami juga menerima banyak Laporan hasil pemantauan siaran Radio dari Saudara M.Sumantri di Jawa Barat, Minlin dan Basid Hasibuan di Jakarta. Saudara pendengar yang budiman! Kami selalu mengupdate Laporan-laporan hasil pemantauan siaran Radio saudara-saudara pendengar dan mengirim laporan-laporan tersebut ke Pusat Teknik Radio supaya bisa tepat waktu menangani situasi itu. Mudah-mudahan kualitas gelombang akan menjadi lebih baik pada waktu mendatang.
Kepala Kepala Departemen Siaran Luar Negeri (VOV5), Nguyen Tien Long (yang diri keempat dari kiri) dan para penyiar, mantan penyiar serta pembantu Program Siaran Bahasa Indonesia dalam acara peringatan HUT ke-53 |
Pada pekan ini, ada banyak saudara pendengar yang telah mengirim ucapan selamat sehubungan dengan Peringatan HUT ke-53 Program Siaran Bahasa Indonesia. Di antaranya, Saudara Waluyo Ibn Dischman di Jawa Timur menulis: “Dengan senang hati, saya ucapkan Selamat Ulang Tahun ke-53 untuk VOV Bahasa Indonesia. Semoga selalu menjembatani Indonesia dan Vietnam”. Selain itu, di Facebook, banyak saudara pendengar telah memuat komentar ucapan selamat bagi Program Siaran Bahasa Indonesia. Kami sangat terharu atas perasaan-perasaan yang diberikan oleh saudara-saudara pendengar. Kami berharap agar para pendengar terus berjalan seperjalanan dengan kami dalam penggalan jalan di depan.
Para siswa peserta kursus belajar bahasa Indonesia di Universitas Ilmu Sosial dan Hamaniora |
Dalam surat dikirim kepada kami, Saudari Tyas Lulung di Jawa Tengah menulis: “Diberitahkan bahwa sekarang di Hanoi, ada beberapa basis yang mengajar bahasa Indonesia? Tolong memperkenalkan lebih lanjut tentang kursus belajar bahasa Indonesia ini?”. Saudari Tyas Lulung yang budiman! Bahasa Indonesia diajarkan di 3 tempat yaitu "Umah Indo" (KBRI), Universitas Ha Noi sebagai mata pelajaran ekstrakurikuler dan Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora sebagai satu mata pelajaran resmi.
Ini merupakan upaya KBRI untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada warga Vietnam. Sebelumnya, pada akhir bulan 8/2018, kursus belajar bahasa Indonesia yang pertama dibuka di “Umah Indo” dan Universitas Ha Noi. Kursus ini berlangsung selama 3 bulan dan mendapat reaksi-reaksi positif dengan jumlah siswa sebesar 200 orang.
Pada tahun ini, selain mempertahankan pengajaran bahasa Indonesia kursus kedua di dua tempat tersebut, pada tanggal 15/2 lalu telah diadakan acara penandatanganan Nota Kesepakatan tentang pengajaran bahasa Indonesia antara KBRI di Kota Ha Noi dan Universitas Ilmu, Sosial dan Humaniora. Dengan penandatanganan tersebut, bahasa Indonesia sekarang resmi diajarkan di Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora sebagai satu bagian dari program pelajaran Jurusan Asia Tenggara, dari Fakultas Ilmu Ketimuran. Kursus belajar bahasa Indonesia pertama dibuka pada tanggal 18/2/2019 dengan Ibu Siti Nurfitriani, dosen Bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) asal Pusat Pengembangan Strategis dan Diplomatik Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Dia mengatakan:
“Tentunya saya punya banyak pengalaman di Vietnam. Dan ketika menjalani mengajar bahasa Indonesia di Vietnam saya bertemu dengan orang-orang Vietnam yang sangat ramah, itu memudahkan saya tinggal di sini, juga mengajar bahasa Indonesia. Ketika belajar bahasa Indonesia, para mahasiswa sangat antusias. Kedua, yang memudahkan saya mengajar ialah memang karena struktur bahasa Vietnam dan bahasa Indonesia hampir sama. Itu juga sangat memudahkan para mahasiswa belajar bahasa Indonesia”.
Dia juga mengirim tulisan tentang kursus belajar bahasa Indonesia di Kota Ha Noi kepada Program Siaran Bahasa Indonesia. Berikut ini isi-isi tulisan itu.
Bahasa Indonesia semakin Berkembang di Hanoi, Vietnam.
Siti Nurfitriani
Nama saya Siti Nurfitriani biasanya saya dipanggil Fitri. Di Indonesia saya bekerja sebagai pengajar BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) di Pusat Pengembangan Bahasa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, saya juga mengajar mata kuliah umum Bahasa Indonesia di Fakultas Psikologi UIN Jakarta dan di Universitas Pembangunan Jaya.
Pada Februari 2019, saya ditugaskan oleh PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan) untuk mengajar bahasa Indonesia di Hanoi. Semester ini adalah kali kedua kelas bahasa Indonesia dibuka di Hanoi. Pemerintah Indonesia melalui PPSDK (Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk melaksanakan diplomasi kebahasaan dalam rangka meningkatan fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional.
Kini, kelas bahasa Indonesia di Hanoi semakin berkembang. Februari 2019 lalu KBRI, Hanoi telah bekerja sama dengan VNU University of Social Sciences and Humanities menjadikan bahasa Indonesa sebagai bagian dari kurikulum di Jurusan Studi Asia Tenggara. Sebagai tenaga pengajar, saya merasa bangga karena bahasa Indonesia semakin diminati oleh warga Hanoi, Vietnam. Dengan demkian, total kelas bahasa Indonesia di Hanoi kini menjadi tiga lembaga, yaitu di Hanoi University, Umah Indo, KBRI, Hanoi, dan VNU USSH, Hanoi.
Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di Hanoi University setiap Senin, Rabu, Kamis, Jumat pukul 17.00—19.30. Sementara itu, pembelajaran di USSH diadakan setiap hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat, setiap pukul 08.00—11.00 dan 13.00—15.00 dan di Umah Indo, setiap Sabtu pukul 08.00—15.30. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia semester ini cukup padat. Terdapat lebih dari 100 pemelajar yang mempelajari bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya berharap semester selanjutnya, KBRI Hanoi dapat menambah tenaga pengajar bahasa Indonesia.
Saya merasa senang melihat pemelajar yang antusias mempelajari bahasa Indonesia. Berdasarkan informasi yang saya dapat dari Universitas. Kini Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah pilihan yang paling banyak dipilih oleh mahasiswa di jurusan Kajian Asia Tenggara di USSH, Hanoi. Motivasi belajar mereka sangat beragam, di anataranya ingin berkunjung/jalan-jalan ke Indonesia, memperoleh beasiswa dari pemerintah Indonesia, mendapat pekerjaan di beberapa perusahaan Indonesia yang ada di Vietnam. Ada pula yang mengatakan bahwa bahasa Indonesia sangat mudah dipelajari dibanding bahasa lain. Hal tersebut memanglah benar, dari segi sintaksis, struktur bahasa Indonesia hampir serupa sama dengan bahasa Vietnam.
Kegiatan belajar bahasa Indonesia yang saya ajarkan meliputi empat keterampilan, yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbiara. Materi yang diajarkan juga beragam mulai dari materi dasar seperti memperkenalkan diri sendiri, keluarga, pekerjaan, hingga materi menjadi pemandu wisata, cara membuat brosur wisata, dan jual beli. Materi ajar yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan pemelajar. Tidak hanya itu, di kelas juga dikenalkan wawasan Indonesia seperti bagaimana orang Indonesia saling bersalaman, tawar menawar, berpakaian, dan budaya bertanya dengan orang Indonesia. Materi-materi tersebut dikemas dengan menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran yang tidak membosankan.
Budaya dan kesenian Indonesia juga dipelajari oleh para pemelajar di Hanoi. Mereka diperkenalkan dengan berbagai baju adat Indonesia, tari tradisional Indonesia, lagu nasional, lagu populer, cara memasak masakan Indonesia, permainan tradisional dan mengenal beberapa tokoh di Indonesia. Berikut di bawah ini adalah saat para pemelajar menampilkan tarian daerah “Tari Enggang” saat penutupan kelas bahasa Indonesia.
Mengajar bahasa Indonesia di Hanoi merupakan pengalaman berharga yang saya dapatkan. Cara mereka belajar bahasa Indonesia cukup unik karena di dalam bahasa mereka Tieng Viet (bahasa Vietnam) mengenal tone/intonasi dalam berbicara, sehingga saat mereka belajar bahasa Indonesia mereka selalu mendengar nada yang saya ucapkan ketika berbicara. Namun, kesulitan yang saya hadapi melatih lidah mereka untuk mengucap bahasa Indonesia dengan jelas. Perlu waktu yang panjang dan latihan yang intensif untuk melatih mereka terbiasa dengan bunyi vokal dan konsonan bahasa Indonesia karena banyak fonem yang bunyinya tidak sama dengan bahasa Vietnam. Seperti saat menulis, mahasiswa sering kali terinterferensi bahasa pertama mereka, yakni bahasa Vietnam. Sehingga, sering terjadi kesalahan berbahasa. Kesalahan antara satu pemelajar dengan pemelajar lainnya hampir sama. Salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah penulisan kata /nya/ menjadi /nha/. Pemelajar mengalami kesalahan berbahasa beberapa kali dalam menulis /Semuanya/ menjadi /Semuanha/ bukunya/bukunha. Selain itu, pengajar juga melihat beberapa pemelajar sangat sulit mengucapkan bunyi /r/ sering kali mereka mengucapkan /belajar/ menjadi /belaja../ tanpa huruf /r/ hal itu disebabkan karena dalam bahasa Vietnam, bunyi /r/ diucapkan seperti dalam kata /measure/ namun lebih halus.
Beberapa mahasiswa yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris yang bagus, sering melakukan kesalahan dalam susunan frasa seperti /rumah saya/ menjadi /saya rumah/, /nama saya/ menjadi /saya nama/. Jika dilihat dari susunan frasa yang mereka gunakan, tentu hal tersebut dipengarui oleh struktur frasa dalam bahasa Inggris, padahal struktur frasa bahasa Indonesia dan Vietnam sama persis.
Meski begitu, pemelajar bahasa Indonesia di Hanoi sangatlah cepat dalam belajar. Umumnya mereka mempunyai tanggung jawab yang besar dan menyimpan rasa hormat yang tinggi. Tidak jarang, pengajar melihat beberapa mahasiswa yang membungkukkan diri di depan guru, membantu membawakan tas guru, mengikuti kegiatan kelas dengan baik, tepat waktu dalam mengerjakan atau mengumpulkan tugas. Selain melakukan kegiatan pembelajaran, pedekatan kepada pemelajar juga sangat diperlukan. Hal itu sebagai upaya untuk menjalin ikatan dengan pemelajar. Tidak jarang, pengajar jalan-jalan bersama, makan bersama, dan melakukan kegiatan bersama dengan pemelajar. Hal tersebut, memudahkan mereka untuk terlibat langsung dan mengenal cara hidup sehari-hari orang Indonesia.
Sebagai motivasi dan apresiasi yang diberikan kepada pemelajar. KBRI Hanoi memberikan beasiswa berupa study trip ke Indonesia. Tahun ini, KBRI memberikan study trip kepada dua pemelajar terbaik saat belajar di kelas bahasa Indonesia. Mereka adalah Nguyen Thi Huong dari VNU USSH dan Nguyen Phuong Mai dari Hanoi Univeristy. Rencana mereka akan berkunjung ke Indonesia pertengahan tahun nanti. Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada KBRI karena dengan begitu mereka akan semakin termotivasi mempelajari budaya dan bahasa Indonesia.
Tidak terasa, akhir Juni saya harus kembali ke Indonesia untuk melanjutkan kegiatan mengajar. Saya berharap program pembelajaran bahasa Indonesia di Hanoi semakin berkembang dan semakin banyak mahasiswa yang mendapat kesempatan untuk mendapatkan beasiswa belajar di Indonesia. Hanoi adalah rumah kedua untuk saya, kebaikan orang-orangnya, makanan, dan tempat wisatanya pasti akan sangat saya rindukan. Saya berharap, suatu hari nanti, saya bisa kembali ke Hanoi bersama suami.