(VOVworld) - Saudara-saudara yang budiman! Pada pekan ini, seluruh VOV5 menerima 197 surat dan email asal 36 negara dan teritori, diantaranya Program siaran bahasa Indonesia telah menerima 27 Email dan umpan balik di Website VOV5, khususnya dari saudara-saudara: Mery Liong, CR. Nurdin, Fachri, Rudy Hartono, Minlin, Hazairin Junep dan beberapa pendengar yang lain. Pada acara kita hari ini, kami mau berbincang-bincang dengan pendengar Mery Liong di Wonosobo, Eddy Setiawan di Jakarta Timur, dan M. Sumanteri di Cirebon. Akhirnya, kami akan menyampaikan penjelasan singkat tentang masalah menangani jerami dalam masa panenan di Vietnam, menurut permintaan saudara Fachri di Pekan Baru dan M. Zainal di Jambi. Marilah saudara- saudara bersama-sama mengikutinya.
Saudara Mery Liong yang budiman! Dalam surat kepada kami pada pekan ini, Anda menulis: “Terimakasih banyak atas perhatian VOV, tentu saja, saya sangat cinta pada VOV, walaupun saya jarang mengirimkan surat disebabkan kesibukan pekerjaan, namun saya tetap memantau siaran VOV via Internet. Saya sangat berterimakasih dengan adanya siaran online, saya bisa memantaunya kapan saja dan juga bisa membaca beritanya di Website VOV. Acara yang saya paling suka selain musik Vietnam adalah Pedesaan..”. Saudara yang budiman! Semua penilaian dan perasaan Anda terhadap Program Siaran Bahasa Indonesia membuat kami gembira dan bangga karena telah memuaskan para pendengar. Kami berharap supaya pada surat-surat mendatang, Anda akan memberikan pendapat tentang cara membaca dari para penyiar VOV, khususnya memberikan pertanyaan- pertanyaan untuk mencaritahu lagi tentang negeri dan manusia Vietnam. Kami bersedia menyampaikan penjelasan kepada para pendengar. Terimakasih banyak.
Saudara Eddy Setiawan yang budiman! Dalam surat kepada kami pekan ini, selain laporan hasil pemantauan siaran Radio yang terinci : “penerimaan siaran langsung pada gelombang pendek untuk Rabu, 21 Oktober, frekuensi 12020 Khz, dapat dipantau dan dengar baik, penilaian SINPO 44444”, Anda juga memberitahukan: “Di Sumatera, Kalimantan dan juga Papua sedang dilanda gangguan kabut asap dan sampai saat ini belum bisa diatasi, bahkan sampai ke Singapura, Malaysia dan Thailand”, sedangkan, saudara M. Sumantri juga memberitahukan: “Bencana asap akibat kebakaran hutan di Indonesia terjadi di sebagian besar pulau Sumatera dan pulau Kalimantan. Mudah-mudahan, Vietnam tidak terkena imbas dari bencana asap tersebut”.
Saudara Eddy Setiawan, M. Sumantri dan para pendengar yang budiman! Pada hari-hari ini, media massa negara-negara di kawasan dan media massa Vietnam juga banyak memberitakan tentang bencana kabut asap akibat pembakaran jerami pada masa panenan dan kebakaran hutan yang terjadi pada musim kemarau di negeri-negeri di kawasan, khususnya di Indonesia, sehingga menimbulkan pengaruh yang amat besar tehadap lingkungan hidup, khususnya kesehatan manusia. Kami berharap supaya pemerintahan berbagai propinsi di Indonesia pada khususnya dan Pemerintah Indonesia serta seluruh rakyat pada umumnya akan menjalankan langkah-langkah efektif guna mengatasi keadaan tersebut.
Menggunakan jerami untuk menutupi sayur-sayuran.
Bersangkutan dengan masalah menangani jerami dalam masa panenan juga, seperti sudah dijanjikan pada acara ini minggu lalu, berikut ini, kami akan menyampaikan penjelasan singkat tentang masalah ini menurut permintaan saudara M. Zainal di Jambi dan omong-omong dengan saudara-saudara Fachri di Pekan Baru – dua daerah yang terpengaruh oleh bencana kabut asap tersebut.
Saudara-saudara budiman! Di daerah-daerah pedesaan di Vietnam, situasi kaum tani membakar dan membuang jerami kering yang semau-maunya setelah masa panenan adalah satu masalah mendesak. Selain jumlah jerami yang digunakan kaum tani untuk memasak, dimakan kerbau, sapi, menutupi sayur-sayuran, maka hampir 60 persen sisanya dibakar di sepanjang jalan, sehingga menimbulkan polusi terhadap lingkungan hidup, merusakkan jalan-jalan, menimbulkan bahaya terhadap manusia dan kendaraan peserta jaringan lalu lintas dan menimbulkan kemacetan pada proyek-proyek irigasi. Ini juga memboroskan satu sumber daya alam yang bermanfaat. Menurut Profesor Muda, Doktor Mai Van Trinh, Kepala Institut Lingkungan Pertanian, bisa menggunakan mikrobiologi untuk menangani jerami secara berhasil-guna. Dia memberitahukan: “Kami telah membuat beberapa solusi untuk menggunakan limbah ini. Pertama, kaum tani bisa menggunakan limbah ini untuk menanam jamur atau menutupi ladang sayur-sayuran, turut mempertahankan kelembaban, menghindari hujan dan memperkuat organik untuk tanah. Selain itu, kita bisa menggunakannya kembali sebagai pupuk kompos organik dengan cara menggunakan mikrobiologi untuk menangani jerami”.
Menurut penilaian para ilmuwan, pemanfaatan sumber jerami lumayan untuk membuat pupuk kompos organik akan membantu kaum tani mengurangi dari 20-30 persen pupuk kimia. Ketika menerapkan metode tersebut, keluarga Bapak Cuong di Kien An, propinsi Thai Binh selama dua tahun ini telah tidak harus membakar jerami di sawah lagi, berpindah menyelubungi jerami dengan mikrobiologi.
Pola tersebut telah dan sedang digandakan di semua propinsi dan kota di seluruh Vietnam, pada awal-nya telah mencapai hasil-hasil yang menggembirakan, meminimalkan bencana kabut asap dalam masa-masa panenan.
Saudara-saudara pendengar! Mudah-mudahan, penjelasan di atas memuaskan Anda sekalian.