(VOVWORLD) - Semua yang datang di Ibukota kuno Hue merasa terharu oleh keindahan yang tenteram dan klasik dari satu Ibukota kuno, tapi tetap punya ciri yang modern dan bergelora dari satu kota yang sedang berkembang.
Kota Hue sejak lama dikenal dengan istana, mousoleum, pagoda dan bangunan kuno yang kental dengan bekas-bekas yang ditinggalkan sejarah yang dijaga secara utuh hingga kini. Ngo Mon (Gerbang Selatan) Foto: Direktorat Jenderal Pariwisata Vietnam
|
Hue memiliki Sungai Huong yang menerobos kota, membagi kota ini menjadi dua tepian Selatan dan Utara. Tepian Utara merupakan tempat di mana ada benteng, sedangkan, tepian Selatan merupakan tempat di mana terletak kantor-kantor badan administratif dan bangunan modern. Yang menghubungkan kedua tepian tersebut adalah jembatan yang paling terkenal yaitu jembatan “Truong Tien” dengan 12 ruas. Jembatan ini diterangi indah pada malam hari oleh sistem pencahayaan yang dibayai dengan cermat.
Terletak di tepian utara Sungai Huong, Benteng Hue dibangun menurut arsitektur Barat dan dikombinasikan secara cerdik dengan arsitektur benteng Timur.
Tidak kolosal seperti Kota Terlarang di Tiongkok, tetapi Benteng Kerajaan Hue cukup luas untuk membuat kaki Anda lelah dan cukup indah untuk membuat Anda kewalahan oleh rewelnya setiap detail ukiran dan penataan ruang raja-raja pada masa lalu.
Bangunan-bangunan arsitektur mousoleum yang khidmat sekaligus megah menjadi sorotan yang tidak bisa diabaikan ketika datang ke Kota Hue.
Pernah menjadi ibukota agama Buddha di Vietnam, Hue adalah kota yang punya sistem pagoda terbanyak di Vietnam dengan lebih dari 300 pagoda, di antaranya ada lebih dari 100 pagoda kuno, hampir semuanya tetap terjaga dengan ciri klasik dari arsitektur Asia dan Vietnam. Yang paling terkenal adalah pagoda Thien Mu – satu simbol agama Buddha di Kota Hue. Ini tidak hanya merupakan satu bangunan arsitektur unik yang memadukan manusia dengan pemandangan alam saja, melainkan juga merupakan tempat sejarah, kebudayaan dan spiritualitas yang khas.
Di Kota Hue tidak hanya ada banguan-bangunan arsitektur kuno saja, melainkan juga ada satu ekosistem yang kaya raya dengan hutan, laut dan laguna. Di jalan ke laut Thuan An, Anda bisa mengunjungi Ru Cha (hutan Cha – satu jenis pohon bakau).
Tidak jauh dari Ru Cha adalah laguna Chuon. Kalau datang ke sana, Anda tidak hanya berpeluang menikmati hasil laut yang segar dan enak saja, melainkan juga bisa membenamkan diri dalam tempat tenteram dan memandangi keindahan khas dari zona laguna yang dimanjakan alam.
Kalau Anda ingin berbaur pada ritme hidup yang bergelora, mampirlah di jalan untuk para pejalan kaki pada malam hari. Selain itu, Anda bisa menyediakan waktu untuk mengunjungi beberapa warung kopi untuk check-in.
Kalau datang ke Hue tanpa mencoba makanan Hue benar-benar salah. KulinerHue tidak hanya terkenal dengan keanekaragaman, keenakan dan kemurahan saja, tetapi juga terkenal dengan rewelnya.
Ketika datang ke Hue pada musim festival, Anda akan melihat Hue mengenakan baju baru yang berwarna-warni. Festival Hue diadakan setiap dua tahun pada tahun-tahun genap, menghimpun program budaya yang khas di dalam dan luar negeri.
Selain itu, juga ada Festival Desa Kerajinan Tradisional yang diadakan pada tahun-tahun ganjil, meskipun punya skala lebih kecil, tapi ada juga banyak hal menarik dan patut dilihat.