(VOVworld) - Sampai sekarang, lebih dari dua tahun sudah lewat sejak gerakan "Musim Semi Arab" meledak sehingga mengguncangkan dunia Islam.Bertentangan dengan harapan semula, segala yang ditinggalkan gerakan "Musim Semi Arab" di semua negara yang dilewati gerakan ini, kongkritnya yalah di Timur Tengah dan Afrika Utara adalah instabilitas politik, dan perpecahan yang mendalam di kalangan masyarakat dan kemerosotan ekonomi. Satu warna suram sedang menyelubungi kawasan ini setelah semua yang dinamakan Barat sebagai "Musim Semi Arab".
Ilustrasi.
(Foto: antgct.cand.com.vn)
Situasi sosial-politik di negara- negara Timur Tengah dan Afrikla Utara setelah lebih dari dua tahun ini diperbincangkan di berbagai media massa yalah instabilitas, perpecahan, kontradiksi etnis dan agama. Di banyak negara, rakyat turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi guna menuntut penghapusan pemerintah baru yang mereka bentuk sendiri dengan alasan bahwa pemerintah baru tidak bisa menciptakan perubahan positif manapun. Bahkan, mereka sendiri berbalik saling berkonfrontasi untuk membela keadilan dan demokrasi- semua yang pernah dianggap sebagai nilai sejati dari "Musim Semi Arab". Paradoks ini membuat Timur Tengah dan Afrika Utara mengalami kekacauan dan menjadi titik perhatian dunia. Barang kali Mesir merupakan satu misal yang cukup tipikel tentang situasi ini.
Ilustrasi.
(Foto: baomoi.com)
Demonstrasi telah menjadi umum sejak Presiden Hosni Mubarak terguling, menimbulkan pengaruh berat terhadap perekonomian dan pariwisata negara ini. Semua perbahasan dan perdebatan di sekitar penarikan diri Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, pemilu Parlemen dan pemilihan presiden, pembubaran Parlemen dan penyusunan Undang –Undang Dasar baru. Ketegangan politik membuat cadangan valuta asing Mesir turun lebih dari separo, pengangguran meningkat, defisit anggaran keuangan naik kira-kira USD 27,5 miliar.
Ilustrasi
(Foto: baomoi.com)
Suriah juga adalah negara yang paling banyak diperbincangkan karena pengaruh-pengaruh serius dari “Musim Semim Arab”. Bentrokan antara kekuatan yang pro Presiden Bashar al-Assad dan faksi oposisi bereskalasi, sehingga membuat lebih dari 42 000 orang tewas. Jalan buntu dalam perang saudara membuat Suriah menjadi medan perang dari bentrokan-bentrokan suku, faksi dan perebutan-perebutan pengaruh dari semua negara adi kuasa di kawasan dan dunia. Kehidupan rakyat tidak henti-hentinya menjadi buruk. PBB telah memperingatkan akan bahaya kelaparan di Suriah bisa membuat kira-kira satu juta orang kekurangan pangan pada musim dingin ini. Sementara itu, jutaan orang Suriah telah meninggalkan kampung halaman untuk mengungsi di negara –negara tetangga.
Situasi di Libia juga tidak begitu lebih cerah. Meskipun negara ini telah menyelenggarakan pemilihan demokratis yang pertama sejak Gaddafi terguling, tapi perjuangan untuk merebut kekuasaan antara pemerintah baru sekarang dan ratusan laskar bersenjata muncul dalam pembangkangan terus merintangi proses yang mengarah ke kestabilan di Libia. Puluhan ribu orang Libia tetap terus mengungsi. Ditambah lagi, serangan terhadap Gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat di Benghazi yang telah menewaskan 4 orang Amerika Serikat, termasuk Duta Besar Chris Stevens pada tanggal 11 Setember 2012 menjadi satu bukti bagi instabilitas setelah penggulingan pemerintah pimpinan Gaddafi- akibat yang tidak bisa diduga oleh Amerika Serikat ketika memulai “Musim Semi Arab”.
Ilustrasi.
(Foto: vietnamnet.vn)
Di tempat asal mulanya gerakan "Musim Semi Arab", Tunisia juga sedang harus menghadapi bahaya instabilitas, kenaikan pengangguran, merajalelanya korupsi dan perkembangan kuat berbagai organisasi Islam ekstrimis. Situasi darurat secara permanen dipertahankan di negara Afrika Utara ini.
GDP Mesir.
(Foto: danluan.org).
Pada latar belakang ini, laporan yang baru-baru ini diumumkan Dana Moneter Internaisonal (IMF) memperlihatkan bahwa pada 2013, sebagian besar perekonomian yang menderita pengaruh, karena gerakan "Musim semi Arab" di Timur Tengah dan Afrika Utara lambat pulih dengan prosentasi inflasi dan pengangguran naik tinggi. Sebagian utama sebab –musababnya yalah akibat –akibat yang diderita semua perekonomian ini berasal dari instabilitas sosial. Selain itu, pertumbuhan GDP rata-rata di semua negara, misalnya Mesir, Tunisia, Yemen diperkirakan hanya mencapai 3,6%, jauh lebih rendah terbanding dengan tarap 4,7% pada tahun 2010-saat sebelum meledak semua demonstrasi meledak. IMF juga memperingatkan bahwa mata uang nasional yang menjadi lemah di negara-negara itu mungkin akan membuat inflasi bereskalasi mencapai tarap 8,6 persen pada 2013 dan merupakan tarap paling tinggi sejak tahun 2008.
Kalau meninjau kembali semua yang sudah terjadi, terutama pada 2012, di negara-negara yang dilewati gerakan "Musim Semi Arab", banyak analis menilai bahwa tahun 2013 juga akan tidak mendatangkan harapan yang lebih cerah bagi Mesir, Suriah, Tunisia atau Libia. Semua negara ini masih tenggelam dalam instabilitas dan perpecahan. Ini merupakan akhir di luar dugaan yang mendatangkan banyak akibat terhadap rakyat di negara- negara ini yang dinamakan oleh kalangan pengamat internasional sebagai "Musim Semi Arab"./.