Api Konflik Meledak di Jalur Gaza

(VOVWORLD) - Selama hari-hari terakhir, Jalur Gaza tenggelam dalam asap dan api akibat serangan-serangan udara antara Israel dan Gerakan Hamas, Palestina. Konflik Israel-Palestina yang kian sengit sehingga mencemaskan komunitas rergional dan internasional tentang meledaknya perang yang komprehensif dan melampaui kontrolnya.
Api Konflik Meledak di Jalur Gaza - ảnh 1Gedung-gedung di Jalur Gaza diserang oleh Israel  (Foto: Reuters)

Selama hari-hari terakhir, konflik antara Israel dan Palestina kian memanas. Ini adalah bentrokan militer yang paling sengit antara dua pihak sejak perang 2014 di Jalur Gaza.

Ketegangan Meledak

Sulut api langsung bagi ketegangan kali ini yakni Pemerintah Israel mengusir beberapa keluarga warga Palestina yang sudah lama tinggal di kawasan Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur. Geram atas tindakan ini, para warga Palestina telah berkumpul di luar gedung-gedung yang baru saja ditinggalan. Bentrokan meledak dan Hamas – organisasi  bersenjata Palestina di Jalur Gaza - tidak melepaskan peluang ini untuk memperkokoh pengaruhnya. Dalam pernyataannya, pada 10 Mei, kekuatan ini berkomitmen memihak warga Palestina yang dirampas lahannya dan bersumpah akan mengubah beberapa kota di Israel menjadi “neraka”, di antaranya Tel Aviv.

Pada 7 Mei malam, polisi Israel membuka satu operasi di Bukit Bait Suci di Yerusalem Timur dengan menyerang umat Muslim Palestina yang tengah melaksanakan sholat tarawih. Pasukan keamanan Israel telah masuk lapangan Masjid Al Aqsa (daerah suci ketiga bagi umat Muslim setelah Mekah dan Madinah), menggunakan granat air mata dan peluru karet terhadap para jemaah, meliputi perempuan dan anak-anak. Warga Palestina melemparkan bata dan batu terhadap polisi. Membalas tindakan-tindakan Israel, lebih dari seribu buah roket telah diluncurkan terhadap Israel, di antaranya Ibukota Tel Aviv dan beberapa kota lain. Israel memberikan balasan dengan serangan pesawat dan rudal terhadap lebih dari 600 sasaran di Jalur Gaza. Bentrokan ini menimbulkan kerugian besar dalam hal korban jiwa dan harta benda bagi kedua pihak.

Belum terdapat statistik yang lengkap, tetapi menurut sumber-sumber berita dari Israel dan Palestina, terhitung hingga 13 Mei 2021,  ada lebih seribu orang dari kedua pihak yang terluka-luka, di antaranya sekitar 100 orang yang tewas, sebagian besar warga Palestina, meliputi perempuan dan anak-anak.

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) telah mengadakan 3 sesi sidang darurat untuk membahas situasi tersebut. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres dan para pemimpin di dunia mengutuk kuat serangan-serangan terhadap penduduk sipil, sementara itu mengimbau Israel dan Palestina agar menahan diri dan menghindari langkah-langkah yang bisa meningkatkan eskalasi konflik di Yerusalem Timur dan Jalur Gaza. Negara-negara lain juga mengimbau komunitas internasional melakukan kerja sama untuk mengusahakan satu solusi yang komprehensif dan berkelanjutan berdasarkan eksistensinya dua negara Israel dan Palestina.

Sebab Konflik yang Berkepanjangan

Alasan tentang konflik Israel-Palestina tidaklah baru, sudah memakan waktu selama beberapa dekade dan Yerusalem adalah salah satu masalah kunci bagi konflik tersebut. Baik Israel maupun Palestina mengumumkan Yerusalem sebagai ibukota mereka. Tetapi seluruh kota tersebut saat ini berada dalam kontrol  Israel. Soal hukum internasional bagi Yerusalem belum ditetapkan secara jelas. Setelah perang selama 6 hari pada 1967, Israel telah menduduki Yerusalem Timur (meliputi zona benteng kuno) dan mengumumkan seluruh Yerusalem adalah ibukota negara ini tanpa memedulikan protes komunitas internasional saat itu. DK PBB telah mengeluarkan resolusi yang menganggap penggabungan Yerusalem menjadi Ibukota Israel tidak legal dan sejak saat itu sudah berulang kali menegaskan kembali pendirian ini. Pada 1988 Negara Palestina  dibentuk dan menyatakan Yerusalem sebagai Ibukotanya. Perjanjian Perdamaian Oslo yang ditandatangani antara Palestina dan Israel pada 1993 menentukan bahwa dua pihak akan melakukan perundingan dan menandatangani satu permufakatan tentang status Kota Yerusalem. Ada 136 di antara 193 negara anggota PBB yang mengakui Negara Palestina dengan Yerusalem sebagai ibukotanya.

Bisa dikatakan konflik Israel-Palestina adalah konflik yang paling panjang dan kompleks dalam periode modern awal dengan banyak perang  berdarah  yang masih belum terdapat titik akhir. Tindakan Pemerintah Israel yang mengeluarkan warga Palestina dari beberapa kawasan di Yerusalem Timur pada pekan lalu dan berlangsung pada bulan Ramadhan kian menyeriusi kontradiksi. Garis perbatasan antara “dua negara” di Jalur Gaza ini masih terpisah dengan satu jurang yang dalam dari konflik yang belum tahu kapan akan berakhir.  

Komentar

Yang lain