(VOVworld) - Pada Senin (12 Oktober), pesawat transportasi C-17 dari Amerika Serikat telah menjatuhkan senjata untuk faksi oposisi di Suriah (yang disebut oleh Damaskus sebagai kaum pembangkang” dengan nama: Persekutuan Arab Suriah (SAC). Tindakan Amerika Serikat ini berlangsung hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat menyatakan menghapuskan rencana senilai 500 juta dolar Amerika Serikat untuk melatih ribuan “pembangkang moderat” anti kekuatan yang menamakan diri sebagai “Negara Islam” (IS). Gerak-gerik baru Washington ini belum tahu sampai seberapa jauh hasil-gunanya, tapi dalam waktu mendesak, telah membuat krisis politik di Suriah menjadi lebih kacau balau.
Angkatan udara Amerika Serikat menggunakan pesawat militer untuk memberikan senjata berkaliber kecil guna membantu kaum pembangkang Suriah hanya setelah dua pekan Rusia melakukan serangan udara terhadap kaum teroris di Suriah
(Foto: motthegioi.vn)
Persekutuan Arab Suriah merupakan kelompok pasukan koalisi moderat yang baru dibentuk meliputi kelompok gerilyawan Kurdestan dan kelompok-kelompok Arab lain seperti Jaysh al-Thuwwar, suku Arab Saysh al-Sanadeed dan lain-lain. Kekuatan ini sedang bertempur di Suriah Utara, membantu Amerika Serikat dan pasukan koalisi menghimpun berita info tentang target-target IS di darat. Sekarang, SAC punya 4000 sampai 5000 orang milisi.
Dalam gelombang bantuan pertama dengan jalan udara kepada SAC, Amerika Serikat mensuplai 50 ton senjata, diantaranya ada senjata kelas ringan, pada pokoknya senapan militer dan granat. Juru bicara Markas Komando Sentral Amerika Serikat (USCC), Patrick Syder menegaskan: pasukan Amerika Serikat telah memeriksa secara teliti para pemimpin SAC untuk menjamin agar kelompok ini sungguh-sungguh melawan IS, jadi bukan membantu kaum teroris.
Menghapsukan tugas pelatihan yang tidak implementatif, berpindah ke bantuan senjata.
Dalam upaya keras memukul mundur serangan-serangan yang dilakukan IS, dari awal tahun ini, Amerika Serikat telah menyediakan dana sebesar 500 juta dolar Amerika Serikat untuk program melatih 5 400 serdadu elit. Namun, rencana ini cepat mengalami kegagalan ketika selama paro pertama tahun ini, program baru berhasil mendidik 100 pembangkang lebih, terlalu sedikit terbanding dengan harapan kalangan otoritas Amerika Serikat. Lebih-lebih lagi, sekarang, baru ada 2/3 diantara 100 pembangkang ini yang tetap ikut pada perang anti IS di Suriah. Itu belum termasuk beberapa pembangkang yang dilatih oleh Amerika Serikat menyerahkan senjatah kepada kaum pembangkang al-Qaeda. Kenyataan ini membuat operasi anti IS yang dilakukan Amerika Serikat mengalami jalan buntu.
Dalam menghadapi situasi tersebut, Washington harus mengubah cara membantu faksi oposisi Suriah menurut arah yang lebih efektif. Kongkritnya ialah menghentikan program pelatihan, sebagai penggantinya Amerika Serikat akan mensuplai senjata kepada kelompok-kelompok tersebut dengan para komandan yang langsung didukung oleh Amerika Serikat. Dengan jumlah senjata bantuan permanen Amerika Serikat, persekutuan Arab Saudi akan melakukan serangan umum terhadap kota Raqqa, sarang IS di Suriah.
Kerugian lebih besar dari pada keuntungan.
Tujuan pemberian bantuan senjata Amerika Serikat ialah mencapai hasil-guna lebih tinggi dalam perang anti IS, tapi tampaknya hal ini tidak sepenuhnya tepat. Sudah dari permulaan, Senator Amerika Serikat, Chris Murphy menganggap bahwa Amerika Serikat sebaiknya menyediakan uang untuk memperlengkapi faksi oposisi untuk memecahkan masalah-masalah migrasi dan bantuan perikemanusiaan. Dalam artikel-nya yang dimuat di NYTimes pada 9 Oktober ini, komentator Andrew Rosenthal menilai bahwa rencana baru memberi perlengkapan oleh Amerika Serikat kepada faksi pembangkang Suriah merupakan ilusi. Setuju dengan pandangan tersebut ketika menilai pengubahan baru Amerika Serikat di medan perang Suriah, kalangan peninjau menganggap bahwa Washington sangat sulit berhasil dalam menghimpun kelompok-kelompok pembangkang yang punya tujuan bersama ialah melemahkan IS.
Itu belum termasuk senjata-senjata yang dibawa ke medan perang tanpa ada pengawasan yang ketat biasanya menimbulkan musibah, khususnya ketika jumlah senjata Amerika Serikat yang bisa jatuh di tangan IS atau kelompok-kelompok pembangkang lain. Kecemasan ini punya dasar ketika kenyataan menunjukkan para militant Dzhebhat en Nusra (sayap militer al-Qaeda) menyebarkan di jaringan internet foto-foto tentang senapan biasa Amerika Serikat – jenis senjata yang disampaikan oleh Amerika Serikat ke kawasan ini. Sementara itu, pakar tentang Suriah, Profesor John Landis, di Universitas Oklahoma juga memberitahukan; Ada 60 persen sampai 80 persen volume senjata yang disuplai Amerika Serikat kepada pasukan pembangkang yang telah jatuh di tangan al-Qaeda dan cabang-cabang organisasi teroris ini.
Banyak pakar internasional menganggap bahwa hal yang sebaiknya dilakukan oleh Amerika Serikat pada saat ini ialah dengan sabar menunggu perubahan-perubahan besar di medan perang dari pada dengan berpetualangan mensuplai senjata kepada faksi pembangkang. Solusi yang paling implementatif bagi mereka ialah mendorong terobosan diplomatik, membuka jalan bagi satu operasi yang tunggal untuk melawan IS di Suriah.
Belum tahu apakah bantuan senjata kepada kaum pembangkang di Suriah dengan jalan penerbangan Amerika Serikat memukul mundur IS atau tidak, tapi jelaslah bahwa tindakan Amerika Serikat telah memasukkan krisis politik di Suriah ke tikungan baru, bisa membuat situasi semakin menjadi lebih tegang.