(VOVworld) - Hubungan strategis antara Amerika Serikat dengan Afghanistan sedang berada dalam periode yang tidak diinginkan. Menyusul pembakaran Kitab Al Qur’an yang dilakukan oleh para serdadu organisasi NATO di satu pangkalan militer Amerika Serikat di Afghanistan pada akhir bulan February 2012, maka aksi pemberondongan yang dilakukan serdadu-serdadu Amerika Serikat pada 11 Maret untuk membunuhi 16 penduduk sipil yang pada pokoknya adalah wanita dan anak-anak telah “menyiram minyak ke api”, memundurkan hubungan strategis ini ke tarap paling rendah.
Meskipun segera setelah kasus di atas, Presiden AS Barack Obama telah menelepon kepada timpalannya dari Afghanistan Hamid Karzai dan berkomitmen akan cepat melakukan investigasi tentang pembunuhan massa ini, bersamaan itu 12 Maret lalu, Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney menyatakan bahwa semua target strategis Amerika Serikat di Afghanistan akan tidak berubah, masih tetap mempertahankan komitmen tentang target penarikan, melucuti dan mengalahkan Al Qaeda serta melatih orang Afghanistan, akan tetapi kasus tersebut telah meruntuhkan benteng yang telah dan sedang ditegakkan oleh Amerika Serikat dan negara-negara Barat di negara Asia Selatan ini.
Demonstran memprotes pembakaran Kitab Al Qur'an yang dilakukan serdadu AS
(Foto: toquoc.vn)
Hanya lebih dari sehari setelah kasus tersebut terjadi, gelombang kemarahan telah meledak di seluruh Afghanistan. Pada 12 Maret, Parlemen negara ini mengeluarkan pernyataan yang isinya menunjukkan bahwa Rakyat Afghanistan telah tidak bisa sabar lagi terhadap tingkah laku dari para serdadu asing di negerinya. Sedangkan Presiden Hamid Karzai beranggapan bahwa ini tidak lain dari satu “tindakan pembunuhan dan teror” dan merupakan “satu tindakan yang tidak bisa diampuni”. Pada hari yang sama, kaum pembangkang Taliban di Afghanistan bersumpah akan membalas dendam terhadap “serdadu –serdadu Amerika Serikat yang kejam dan berpenyakitan”. Dalam satu pernyataan yang dimuat di Website Islam, Taliban menyatakan akan “ membalas dendam terhadap kaum agresor dan pembunuh yang kejam”. Menurut seorang pembesar Pemerintah Afghanistan, kasus ini mungkin merugikan semua upaya yang bertujuan mencapai permufakatan strategis dengan Kabul, menurutnya membolehkan orang Amerika Serikat bisa tinggal lama di negeri ini.
Masalah kunci dari kasus terjadi pada tanggal 11 Maret lalu adalah begini: pada saat itu, seorang serdadu Amerika Serikat meninggalkan pangkalan militer di Kandahar dan melakukan pemberondongan yang membabi buta terhadap penduduk sipil di dua desa Alokozai dan Garrambai, sehingga menewaskan sedikit-dikitnya 16 orang yang pada pokoknya adalah wanita dan anak-anak. Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO telah menangkap serdadu ini. Jenderal John Allen, Panglima Angkatan Bersenjata Internasional di Afghanistan juga menegaskan bahwa pelaku kejahatan dalam kasus tersebut akan dijatuhi hukuman yang setimpal. Akan tetapi, bagi opini umum, kasus itu laksana « satu tetes air yang membuat air gelas meluber” dan meniup api kemarahan rakyat di sana. Karena setelah lebih dari 10 tahun sejak Amerika Serikat dan Barat melakukan serangan untuk menggulingkan rezim Taliban di Afghanistan, keamanan masih belum bisa dipulihkan. Jaringan teroris Al Qaeda telah melanda luas tidak hanya dari Afghanistan ke negara tetangga Pakistan, melainkan juga ke negara-negara Timur Tengah, Afrika dan Asia tenggara. Pada aspek ekonomi, menurut prakiraan, Afghanistan memerlukan kira-kira 10 miliar USD lagi untuk menyelesaikan proses pembangunan Tanah Air, misalnya memperkuat eksploitasi tambang dan memperluas ekspor, melakukan manajemen keuangan dan memberantas korupsi nasional. Dalam satu study yang dilakukan akhir-akhir ini, Bank Dunia (WB) memprakirakan, setelah tahun 2014, anggaran keuangan tahunan dari Afghanistan akan kekurangan kira-kira 7 miliar USD. Tentara negara ini tentunya akan tidak bisa bertempur kalau tidak ada bantuan uang dari luar negeri. Sementara itu, tempat ini telah dan sedang menjadi “lumbung” narkotika dunia dengan 90 persen tanaman pohon candu (menurut penilaian Badan pencegahan dan pemberantasan kriminalitas dan narkotika dari Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Para serdadu AS di Afghanistan
(foto : news.vn)
Sekarang persoalannya telah menyelubungi penglipuan bayangan hitam pada harapan yang baru saja muncul tentang tercapainya permufakatan hubungan kemitraan strategis Amerika Serikat - Afghanistan. Karena sebelumnya, pada awal bulan Maret ini, pemimpin dua negara telah mengungkapkan serentetan masalah yang bersangkutan dengan kepentingan bilateral seperti semua perundingan tentang hubungan kemitraan strategis, proses kerujukan kembali Kabul yang sudah lama dianggap sebagai kunci membantu menangani bentrokan di negara Asia Selatan ini, proses penyerahan missi menjamin keamanan dari tentara asing di Afghanistan kepada kekuatan negeri setempat. Ketegangan - ketegangan telah sementara mereda menyusul peristiwa pembakaran Kitab Al Qur’an oleh serdadu Amerika Serikat ketika Washington menandatangani permufakatan penyerahan rumah penjara sentral Bagram milik Amerika Serikat - tempat menahan ratusan tersangka teroris Al Qaeda dan Taliban kepada pemerintah Afghanistan pada 9 Maret. Terjadinya kasus ini telah menciptakan keretakan yang tidak perlu ada. Menurut opini umum, hubungan ini pasti akan tidak lancar dalam masa depan dekat. Kemarahan warga terhadap serdadu asing tidak bisa cepat mereda. Yang lebih berbahaya, kasus ini telah dan sedang cepat disalahgunakan oleh kekuatan Taliban untuk merangsang warga Afghanistan menentang Amerika Serikat. Oleh karena itu, keretakan dalam hubungan Amerika Serikat - Afghanistan akan menjadi melanda luas, sehingga membuat situasi Afghanistan lebih sulit dikontrol./.