Kirisis politik di Mesir: Kemacetan menyeluruh

(VOVworld) - Krisis politik di Mesir telah memasuki tahapan yang paling menegangkan ketika hari Rabu (14 Agustus) menjadi hari yang paling berlumuran darah di negara ini dengan korban kira-kira 525 orang tewas, ribuan orang lain luka-luka. Setelah banyak upaya kerujukan internasional mengalami kegagalan, ancaman-ancaman aksi yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menentang para demonstran yang mendukung mantan Presiden terpecat Mohamad  Morsi  akhirnya  telah menjadi kenyataan. Situasi sekarang membuat opini umum tidak bisa merasa optimis akan satu azimat manapun untuk membantu Mesir  bisa  mencari  jalan ke luar  dalam hari-hari mendatang.  

Kirisis politik di Mesir:  Kemacetan menyeluruh - ảnh 1
Ibukota Kairo telah sama sekali lumpuh  karena demonstrasi-demonstrasi dan ketegangan politik di negara ini  terus meningkat.
(Foto: hanoimoi.com.vn)

Dalam satu perkembangan terkini, Pemerintah Mesir pada Rabu (14 Agustus) telah memberlakukan keadaan darurat yang memakan waktu selama sebulan, pada latar belakang kekerasan meledak keras di seluruh negeri setelah pasukan keamanan menindas para demonstran yang mendukung Presiden terguling Mohamad Morsi. Komunike yang dikeluarkan oleh Kantor Presiden Mesir menunjukkan langkah darurat  ini terpaksa dikeluarkan  ketika  “keamanan  dan ketertiban Tanah Air menghadapi bahaya  karena  sabotase yang diperhitungkan oleh kelompok-kelompok ekstrimis”. Presiden sementara Adly Mansour juga sekaligus menyatakan “telah menugasi angkatan bersenjata yang berkoordinasi dengan polisi supaya menggunakan semua langkah yang perlu untuk menjaga keamanan dan ketertiban, membela  harta benda publik dan swasta maupun nasib warga negara”. Tapi, kenyataan yang  menyedihkan ialah  jumlah warga sipil  yang tewas dalam  semua bentrokan mencapai  lebih dari 200 orang, ribuan orang lain luka-luka. Wakil Presiden Mesir, Mohamad El-Baradei menyatakan akan mengundurkan diri karena  merasa tak berdaya dan hatinya terasa teriris-iris ketika ada banyak orang yang tewas, yang menurut dia,  kehilangan-kehilangan itu  bisa  dihindari.

Komunitas internasional telah memberikan reaksi yang keras setelah pasuka keamanan Mesir  menindas  para demostran.  Uni Eropa  memberitahukan: kasus ini sangat  mencemaskan dan  menyerukan kepada  kalangan politik  negara Afrika Utara ini mengekang diri.  Jerman, Perancis, Inggeris dan  Turki telah mendesak para pendukung  Pemerintah sementara  Mesir  dan faksi  pendukung mantan Presiden  terguling Mohamad Morsi supaya melepaskan kekerasan, bersamaan itu mengimbau kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) dan Liga Arab supaya melakukan langkah-langkah yang cepat untuk menghentikan  satu “massakre” di Mesir dan beranggapan bahwa kediaman komunitas internasional  telah membuka jalan bagi penindasan terhadap kekerasan yang dilakukan para yang bertanggung jawab Mesir. Iran menyebutkannya sebagai  satu “massakre” di Mesir. Sementara itu  puluhan ribu orang Jordania  telah melakukan demonstrasi  duduk di depan Kedutaan Besar Mesir  di ibukota Amman untuk memprotes tindakan penindasan yang dilakukan tentara Mesir terhadap para demonstran. Setuju dengan pandangan  dari banyak negara, Qatar juga mengecam penindasan tersebut dan menyatakan akan mendukung kuat  Organisasi Ikhwanul Muslimin pimpinan  Mohamad Morsi.

          Jelaslah,  situasi di Mesir  sedang jatuh ke dalam kemacetan sepenuhnya.  Rakyat  negara ini  sedang lebih merasakan secara mendalam  satu  kenyataan yang  menyedihkan  dari pada  rakyat negara-negara lain akan Musim Semin Arab bahwa penggulingan terhadap satu pemerintah autoritarian jauh lebih mudah dari pada penggantian satu sistim pemerintahan lain. Selama lebih dari 2 tahun setelah menggulingkan pemerintah yang keras pimpinan mantan Presiden Hosni Mubarak, Mesir tetap belum bisa menciptakan  satu sistim politik  yang sungguh-sungguh. Alasan-nya ialah  situasi  yang  terpolarisasi dan kurang adanya kemauan baik untuk  berkompromi  demi kepentingan bersama. Ini  juga merupakan titik macet  yang membuat proses perombakan di negara Afrika Utara ini tidak sampai pada sasaran. Sejak mantan Presiden Hosni Mubarak digulingkan,  perpecahan di kalangan masyarakat Mesir semakin meningkat. Meskipun Organisasi Ikhwanul Muslimin mencapai kemenangan dalam pemilihan umum dan menguasai kekuasaan dan menyelenggarakan Tanah Air, tapi mereka  tidak bisa  meyakinkan jutaan orang Mesir bahwa politik mereka adalah sama sekali menyeluruh ketika situasi pengangguran dan kelaparan serta kemiskinan meningkat. Sebelum saat mantan Presiden Mohamad Morsi  digulingkan, tentara  tetap dianggap sebagai wasit politik  yang satu-satunya di Mesir, tapi sekarang  sedang  melakukan langkah-langkah yang berbahaya ketika menindas para demonstran yang mendukung  Presiden terguling Mohamad Morsi. Tantangan  serius yang sekarang  dihadapi Mesir ialah pendirian dari semua pihak  sangat keras, kontradiksi antar-faksi semakin menjadi serius.Tentara dengan gigih tidak memberikan konsesi dan menyatakan akan terus meningkatkan tekanan terhadap para demonstran. Pada pihaknya, Gerakan Ikhwanul Muslimin menegaskan: Demonstrasi akan terus berlangsung selama Pemerintah dengan disponsori Tentara mengundurkan diri dan Presiden sementara Mohamad Morsi  yang dipilih oleh rakyat berkuasa kembali. Sementara itu peranan kerujukan blok Arab dan komunitas internasional adalah sangat sulit karena  sekarang masih tetap ada banyak perpecahan   dan perselisihan.

Kirisis politik di Mesir:  Kemacetan menyeluruh - ảnh 2
Para demonstran mendukung mantan Presiden Mohamad Morsi
(Foto: baonamdinh.com.vn)


Dari perkembangan-perkembangan tersebut,  opini umum  belum melihat  adanya  harapan  manapun untuk mengatasi kemacetan politik sekarang di Mesir. Arus orang turun ke jalan untuk melakukan demonstrasi  pada hari-hari mendatang  pasti akan tetap berlanjut,  darah akan lebih dicurahkan  dan situasi konfrontasi  bisa akan  lebih buruk.  Sulit bisa mengusahakan satu solusi politik  manapun  bagi bentrokan sekarang di negara yang berpenduduk paling banyak di dunia Arab ini. Perselisihan faksional sedang membuat negara piramida ini terperangkap ke dalam pusaran kekerasan, memundurkan proses perombakan  di negara ini   ke luar  dari  arahnya ./.

Komentar

Yang lain