(VOVworld) - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) NATO akan berlangsung di Warsawa (Polandia) dari 8-9 Juli ini dengan diikutsertai oleh para pemimpin dari 28 negara anggotanya. Di depan konferensi ini, tujuan titik berat NATO ialah akan mengeluarkan keputusan-keputusan penting untuk memperkuat kemampuan defensif dan deterensi dari persekutuan, bersamaan itu mendorong stabilitas di luar garis perbatasan NATO.
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg
(Foto: AFP/Kantor Berita Vietnam)
Dengan 28 negara anggota, diantaranya ada 6 negara yang tergolong dalam kelompok negara-negara maju papan atas di dunia (G-7), NATO merupakan satu organisasi persekutuan militer terbesar di seluruh dunia sekarang.
Setelah KTT NATO paling belakangan ini yang berlangsung di Wales pada bulan September 2014, NATO telah menggelarkan rencana memperkuat pertahanan terbesar setelah Perang Dingin. Namun, rencana ini tampaknya belum cukup bagi NATO untuk merasa tenang karena para pemimpin persekutuan militer terbesar di seluruh dunia berharap agar semua negara anggotanya akan cepat mengesahkan rencana-rencana keamanan baru di KTT kali ini.
Rencana keamanan baru.
Ketika memberikan penilaian menjelang KTT kali ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO sekarang telah lebih mobil dan lebih kuat serta lebih siaga tempur, namun tetap perlu menggelarkan langkah-langkah berikutnya, diantaranya lebih memperkuat kehadiran militer di daerah perbatasan Timur NATO. Ketika berbicara di depan jumpa pers di Brussels (Belgia), pada Senin (4 Juli), Sekjen Jeans Stoltenberg memberitahukan: NATO berencana akan mengerahkan 4 batalyon multi nasional ke Estonia, Lathuania, Litva dan Polandia. Persekutuan militer ini juga memperkuat kehadirannya di Eropa Tenggara melalui penambahan satu brigade multi nasional di Romania dan memperkuat keamanan cyber, memperkokoh kemampuan siaga tempur dan pertahanan kalau diserang dengan rudal balistik.
Rencana keamanan baru yang dibahas oleh negara-negara anggota NATO di KTT kali ini telah diungkapkan oleh para Menteri Luar Negeri (Menlu) negara-negara anggota NATO di depan konferensi tingkat Menteri pada dua bulan lalu, di Brussels (Belgia). Pada konferensi ini, para Menlu NATO menegaskan perubahan strategi dari NATO, berangsur-angsur menghapuskan aktivitas-aktivitas militer di luar untuk berfokus memperkokoh kawasan Eropa Timur. Manifestasi yang paling jelas ialah NATO sekarang telah menarik diri dari hampir daerah di luar seperti Kosovo, Libia dan Afghanistan untuk memusatkan kekuatan, membela wilayah negara-negara anggota. Bahkan terhadap perang melawan pasukan Islam ekstrimis, NATO juga tidak ikut, tapi hanya memberikan bantuan dari jauh. Hal yang diprioritaskan oleh NATO pada saat ini ialah semua negara anggotanya di Eropa Timur, wilayah udara laut Baltik, laut Barent dan laut Hitam, diantaranya daerah yang paling penting ialah Polandia. Beberapa latihan perang NATO yang baru saja diadakan di Polandia juga bertujuan menguji kemampuan pergerakan prajurit dan peralatan militer, membangun satu pelabuhan militer Polandia di Laut Baltik menjadi satu pangkalan komando multi nasional yang terbesar dari NATO di Eropa Timur.
Masalah-masalahyang bersangkutan dengan strategi keamanan.
KTT NATO kali ini berlangsung pada latar belakang Inggeris, satu anggota aktif dalam NATO, telah memutuskan meninggalkan Uni Eropa. Kalangan analis mengatakan bahwa Perdana Menteri David Cameron pasti akan tetap ingin membuktikan Inggeris masih merupakan satu negeri adi kuasa yang “murah hati” karena mereka telah memutuskan menerima satu bagian beban pertahanan Eropa. Namun, pemberian suara yang dijalankan oleh para pemilih Inggeris dengan keputusan meninggalkan Uni Eropa baru-baru ini akan mengalami pengaruh yang tidak kecil terhadap soal mempertahankan belanja pertahanan NATO. Satu anggota lain ialah Amerika Serikat juga sedang mengurangi komitmen-komitmen terhadap keamanan internal blok. Munculnya capres Donald Trump juga membangkitkan kekhawatiran tentang embrio isolasionisme Amerika Serikat. Hal lain yang patut diperhatikan ialah banyak pemimpin teras Barat peserta pertemuan di Warsawa sedang siap habis masa baktinya, diantaranya ada Perdana Menteri Inggeris, David Cameron dan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Sementara itu, posisi Presiden Perancis, Francois Hollande dan Kanselir Jerman, Angela Merkel masih bergantung pada pemilihan pada tahun 2017.
Itu belum bicara tentang negara-negara anggota NATO juga dengan hati-hati memberikan reaksi yang keras dari Rusia dalam menghadapi banting stir arah keamanan persekutuan militer ini. Sebelumnya, Pemerintah pimpinan Presiden Rusia, Vladimir Putin telah menggelarkan rudal-rudal, tank-tank dan serdadu-serdadunya ke Kaliningrad, wilayah Rusia yang dekat dengan Polandia dan Lithuania. Semua negara NATO juga sedang merasa khawatir bahwa Rusia mungkin menggelarkan senjata nuklir jarak pendek di Kaliningrad setelah KTT berakhir di Warsawa. Ketika mengungkapkan doktrin politik luar negeri baru Rusia pada tanggal 30 Juni lalu, Presiden Vladimir Putin telah dengan khusus menekankan kehadirian NATO di dekat perbatasan Rusia ketika dikatakan bahwa NATO sekarang sedang berupaya keras menentang Rusia. Persekutuan militer ini sedang membawa hubungan dengan Rusia menjadi konfrontasi yang benar-benar.
KTT NATO yang berlangsung selama dua hari mungkin akan menyetujui penggelaran rencana keamanan baru. Namun, dalam tarap bagaimana dan dalam waktu berapa lama untuk menghindari peningkatan kemungkinan konfrontasi militer dengan Rusia dan tidak menciptakan ketegangan di Eropa merupakan hal yang pasti akan diperhitungkan oleh para pemimpin dari 28 negara anggota NATO.