KTT Uni Eropa: Apakah bisa menemukan sinar terang di akhir terowongan?

        Tanggal 9 Desember, pimpinan negara-negara Uni Eropa (EU) akan mengadakan Konferensi di Brussel (Belgia). Opini umum beranggapan bahwa ini merupakan kesempatan terakhir bagi EU untuk menemukan cara untuk menyelamatkan EU dan mata uang bersama euro. Akan tetapi, sampai sekarang ini, dua negara yang memegang peranan poros yaitu Perancis dan Jerman tetap belum menemukan suara bersama dalam banyak masalah sehingga opini umum menyangsikan satu hasil seperti yang diharapkan. 

     Krisis utang publik telah menyingkap kelemahan-kelemahan dan kontradiksi EU. Setelah serentetan langkah darurat yang diajukan oleh para pemimpin EU pada konferensi-konferensi sebelumnya, situasi masih belum lebih terang. Pada konferensi tingkat tinggi terbaru yang berlangsung tanggal 27 Oktober, para anggota EU telah mencapai permufakatan mengenai isi-isi utama: memberikan modal kembali kepada bank-bank, meningkatkan Dana Stabilitas Keuangan Eropa (FESF) sebanyak 1 triliun euro dan merestrukturisasi utang publik Yunani. Akan tetapi, karena tidak bisa menggerakkan sumber keuangan untuk FESF, maka tekad ini tiba-tiba menjadi satu keputusasaan, sehingga timbul dugaan-dugaan tentang hari terakhir untuk mata uang euro. Oleh karena itu, segala harapan menuju ke Konferensi Tingkat Tinggi yang akan berlangsung  tanggal 9 Desember ini. Di sini, EU sekali lagi menuju ke satu keputusan lain yang ambisius: Atau seluruh anggota EU atau sedikit dikitnya 17 anggota eurozone akan mencapai satu komitmen tentang disiplin anggaran keuangan yang bersifat kolektif atau wajib. Perjanjian tentang mata uang euro ini selanjutnya akan mengakibatkan masalah mempelajari kembali Perjanjian Lisabon tentang reformasi EU. Amandemen Perjanjian Eropa akan menetapkan mekanisme baru EU dan zona mata uang bersama Euro (eurozone.)

                            KTT Uni Eropa: Apakah bisa menemukan sinar terang di akhir terowongan? - ảnh 1

Krisis utang publik telah menyingkap kelemahan dan kontradiksi EU (Foto: Internet)


        Akan tetapi, apakah ambisi tersebut bisa tercapai atau tidak banyak tergantung pada kemampuan pimpinan dan kemampuan meyakinkan dari Perancis dan Jerman. Akan tetapi sampai sekarang, pimpinan dua negara yang dianggap sebagai poros utama EU masih mempunyai banyak perbedaan pandangan. Kalau Perancis dan Jerman mencapai kebulatan pendapat mengenai target: “membangun kembali Eropa” melalui terbentuknya satu Perjanjian Eropa baru  bulan Maret tahun depan, di antaranya yang paling menonjol yalah pasal-pasal mengontrol secara lebih ketat defisit anggaran keuangan negara-negara anggotanya, maka dua negara sama sekali mengalami perselisihan mengenai instrumen-instrumen yang diperlukan untuk melaksanakan target ini. Sampai sekarang, Jerman terus memiliki satu mekanisme pengawasan keuangan yang sangat serius, bersedia mengajukan sanksi-sanksi terpaksa dan banyak orang menganggap itu sebagai tuntutan yang rasional, karena Jerman merupakan negara yang memberikan paling banyak kredit.

         Sementara itu, Perancis tidak ingin menyampaikan peranan yang menentukan ini kepada Komisi Eropa (EC), tetapi kepada pimpinan negara-negara anggota untuk menghindari kehilangan kedaulatan. Ketika Kanselir Jerman menginginkan satu reformasi perjanjian-perjanjian dari 27 negara anggota, sedangkan Presiden Perancis beranggapan bahwa prosedur ini akan memakan banyak waktu dan agak avonturis karena reformasi memerlukan ratifikasi negara-negara anggota atau menghadapi hak veto Inggris-negara yang tidak ingin memperdebatkan soal institusi. Perancis hanya menginginkan satu perjanjian yang terdiri dari 17 negara di eurozone.

       Pada kenyataannya, kekhawartiran Sarkozy bukannya tanpa dasar ketika sampai saat ini, dari pada yang sudah sudah, Inggris masih kurang antusias terhadap usulan-usulan ini, sedangkan Belanda dan Irlandia masih sangat khawatir atas kemugkinan harus melakukan jajak pendapat seperti yang telah dilakukan terhadap Perjanjian Lisabon sebelumnya.

     Menjelang Konferensi Tingkat Tinggi berlangsung, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy dan Kanselir Angela Merkel telah mengadakan pertemuan tanggal  8 Desember di Marseilles pada konferensi Partai Rakyat Eropa (PPE), untuk memanifestasikan tekad politik, mengharmonisasi kontradiksi dan saling meyakinkan maupun meyakinkan para anggota eurozone untuk menerima usulan-usulan bersama guna menyelamatkan EU yang sedang terancam mengalami perpecahan dan menyelamatkan mata uang bersama euro. Pasar-pasar sedang menunggu-nunggu satu keputusan jelas pada KTT Eropa tanggal 9 Desember. Dan kali ini, kalau EU mengalami kegagalan atau hanya mencapai satu “permufakatan yang longgar”, beban utang publik EU ini dan Eurozone akan menjadi jauh lebih serius dan bahaya gagal bayar akan sama sekali bisa terjadi di beberapa negara anggota-nya./.

                                                                                                                                 Doan Trung

Komentar

Yang lain