(VOVWORLD) - Pada Selasa (12 Juni), semua perhatian opini umum dunia mengarah ke Singapura, tempat berlangsungnya pertemuan yang bersejarah antara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dan pemimpin Republik Demokrasi Rakyat Korea (RDRK), Kim Jong-un, pertemuan pertama antara seorang Presiden AS infungsi dengan pemimpin RDRK. Ini tidak hanya merupakan titik balik yang penting dalam hubungan bilateral AS-RDRK, melainkan juga merupakan peluang bagi perdamaian dan denuklirisasi Semenanjung Korea.
Pemimpin RDRK, Kim Jong-un dan Presiden AS, Donald Trump (Foto: Straits Times-Getty Images) |
Presiden AS, Donald Trump dan pemimpin RDRK, Kim Jong-un memulai pembicaraan resmi pada pukul 9.00 Selasa pagi ( waktu Singapura). Setelah jabatan tangan yang bersejarah, dua pemimpin memulai sidang tertutup. Kemudian ialah pembicaraan bilateral yang diperluas sebelum dua pemimpin bersama-sama makan siang kerja. Presiden AS, Donald Trump dan pemimpin RDRK, Kim Jong-un berbahas tentang perdamaian dan denuklirisasi Semenanjung Korea dalam pertemuan puncak yang bersejarah.
Jalan yang membawa ke pertemuan puncak tidak mudah
Setahun lalu, tidak ada yang bisa membayangkan situasi di Semenanjung Korea, khususnya hubungan AS-RDRK mengalami perubahan seperti dewasa ini. Juga pada pekan kedua bulan Juni tahun 2017, koran Rodong Sinmun dari RDRK menyatakan bahwa negara ini telah sampai di dekat pembuatan rudal balistik interkontinental yang mampu menggeliat menuju ke kontinen Amerika. Beberapa pekan setelah itu, ketika AS sedang menyambut Hari Nasional (4 Juli), maka RDRK menyatakan meluncurkan dengan sukses rudal interkontinental (ICBM) yang pertama. Dan berbulan-bulan kemudian, negara ini terus-menerus meluncurkan lagi rudal. Setiap peluncuran rudal mendorong Pyong Yang menuju ke dekat dengan perang dengan Washington. Itu belum berbicara tentang uji coba nuklir pada bulan September 2017, uji coba nuklir ke-6 dan dianggap paling kuat yang dilakukan oleh negara ini terhitung sampai waktu itu.
Namun, semuanya telah mengubah 180 derajat ketika selama 6 bulan awal tahun 2018, Pyong Yang mulai memanifestasikan keakraban. RDRK telah membuka kembali hubungan hot line antar-Korea untuk pertama kalinya dalam waktu 2 tahun pada bulan Januari 2018, mengawali serentetan gerak-gerik diplomatik yang positif. Pada bulan Februari 2018, adik perempuan Pemimpin Kim Jong-un yaitu Ibu Kim Yo-jong telah menghadiri Olimpiade Musim Dingin di Pyeong Chang, Republik Korea.
Menyusul kemudian ialah dua pertemuan puncak antar-Korea antara pemimpin Korea, Kim Jong-un dengan Presiden Republik Korea, Moon Jae-in pada bulan April dan Mei 2018. Perkembangan-perkembangan yang paling positif ialah dua pihak mengeluarkan Pernyataan Panmunjom yang isinya menetapkan target denuklirisasi Semenanjung Korea dan mengarah ke pernyataan resmi tentang penghentian perang Korea. Pertemuan puncak antar-Korea juga membuka jalan bagi pertemuan puncak AS-RDRK di Singapura pada 12 Juni yang ditunggu-tunggu oleh dunia.
Kemenangan diplomatik dari semua pihak
Agar pertemuan puncak AS-RDRK kali pertama yang bisa berlangsung merupakan hasil dari upaya-upaya yang telaten dari pihak-pihak yang bersangkutan, khususnya, gerak-gerik perbaikan hubungan antara dua bagian negeri Korea sejak awal tahun hingga sekarang telah menciptakan suasana yang meredakan di kawasan. Dalam upaya mematahkan posisi yang dikepung dan terisolasi, Presiden Republik Korea, Moon Jae-in, pemimpin yang punya garis politik mederat telah mengajukan tangan yang akrab terhadap Pyong Yang. Dialah yang telah memainkan peranan sebagai jembatan penghubung, menyampaikan permintaan tentang pertemuan langsung RDRK-AS kepada Presiden AS, Donald Trump. Bahkan Kim Jong-un juga mengakui kepada Donald Trump bahwa jalan menuju ke pertemuan puncak ini tidak mudah.
Ada banyak alasan bagi RDRK dan AS gingin mengadakan dialog langsung yang pertama. Yang paling patut dibicarakan ialah kedua pihak menganggap pertemuan puncak AS-RDRK sebagai satu “kemenangan diplomatik mereka”. Pemerintah pimpinan Presiden Donald Trump menegaskan bahwa masalah menarik RDRK supaya “turun tangga” melakukan perundingan, menghentikan uji coba nuklir dan rudal merupakan hasil dari kampanye menimbulkan tekanan maksimal. Sedangkan, bagi pemimpin RDRK, Kim Jong-un, persetujuan AS dalam mengadakan dialog langsung merupakan satu “kemenangan diplomatik”. Selain itu perihal Kim Jong-un berkesempatan duduk sama tingkat dengan pemimpin Gedung Putih menunjukkan bahwa posisi internasional Pyong Yang sedang meningkat. Di samping itu, juga memberikan peluang kepada Pyong Yang untuk mendongkrak perekonomian yang sedang menjumpai banyak kesulitan.
Presiden Donald Trump pernah mengajukan penilaian-penilaian yang penuh harapan bahwa pertemuan puncak bisa merupakan langkah langsung menuju ke perdamaian. Dalam pada itu, koran Rodong Sinmun, organ Partai Pekerja Korea mengungkapkan kemungkinan Pyong Yang menggalang hubungan baru dengan Washington. Informasi ini telah menunjukkan perubahan dalam cara pendekatan yang dilakukan oleh Pyong Yang dan Washington.
Setelah hampir 7 dekade berkonfrontasi, perselisihan-perselisihan antara AS dan RDRK pasti tidak bisa dipecahkan dalam rangka satu pertemuan puncak. Akan tetapi, berlangsungnya pertemuan ini telah merupakan satu kemajuan yang sangat besar, merupakan satu peluang dialog yang langka antara pemimpin dua negara yang saling berkonfrontasi guna mengusahakan perdamaian dan kestabilan di Semenanjung Korea.