(VOVworld) - Pada pekan ini, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), John Kerry memulai perlawatan di tiga negara Asia, yaitu Tiongkok, Republik Korea dan Jepang. Meskipun bukan merupakan perlawatan kerja ke luar negeri yang pertama setelah John Kerry diangkat menjadi Menlu AS, tetapi dengan pesan-pesan yang setengah tertutup setengah terbuka menjelang perlawatan itu memperlihatkan politik berorientasi ke Asia masih tetap mendapat perhatian khusus dari Presiden AS, Barack Obama.
Perlawatan Menlu AS, John Kerry dianggap sebagai bukti dari pernyataan yang dikeluarkan Menlu John Kerry sebelumnya kepada timpalannya dari Australia Bob Carr sehubungan dengan kunjungannya di Washington pada Maret 2013 yalah akan konsisten dengan politik menyeimbangkan kembali dari AS terhadap Asia, seperti pendahulunya yaitu Hillary Clinton, bahkan dia akan menaruh lebih banyak perhatian pada benua ini. Menurut agenda, Menlu John Kerry akan melakukan kunjungan ke Republik Korea, Jepang dan Tiongkok setelah menghadiri pertemuan Menteri negara- negara G-8 di London dari 10 sampai 11 April ini. Tujuan perlawatan itu diringkas dalam pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland bahwa Menlu AS akan terus menegaskan komitmen pemerintah tentang perluasan dan pendorongan keamanan, ekonomi serta semua kepentingan strategis AS yang lain di kawasan Asia-Pasifik. Juga menurut Ibu Victoria Nuland, Menlu John Kerry berencana akan berbahas tentang banyak masalah bilateral, multilateral dan regional serta kerjasama ekonomi dan lingkungan hidup.
Para pemimpin peserta Konferensi G-8 di London pada 2012.
(Foto: vov.vn)
Di antaranya, yang patut diperhatikan yalah uji coba nuklir yang dilakukan RDR Korea dan tindakan- tindakan eskalasi ketegangan di semenanjung Korea sekarang akan menjadi isi- isi utama dalam kontak antara Menlu AS dengan para pemimpin tiga negara Tiongkok, Republik Korea dan Jepang. Ini adalah hal yang mudah dimengerti ketika lawatan John Kerry berlangsung pada latar belakang ketegangan di semenanjung Korea sedang naik tinggi pada hari-hari belakangan ini, dengan ancaman-ancaman serangan terhadap Washington dan Seoul yang dikeluarkan secara bertubi-tubi oleh Pyong Yang, sementara itu AS membawa senjata- senjata modern ke Republik Korea untuk melakukan latihan perang. Ketika berbicara sebelum perlawatan ini, Menlu AS menegaskan kembali bahwa AS akan melakukan segala yang diperlukan untuk membela diri dan membela semua sekutunya yakni Republik Korea dan Jepang. Washington telah melakukan persiapan secara penuh dan mempunyai kemampuan untuk melakukan hal ini.
Untuk menanggapi iktikat baik Menlu John Kerry menjelang perlawatan ini, pada 5 April ini, Jepang telah mengeluarkan laporan tahunan tentang politik hubungan luar negeri yang juga disebut “Buku Hijau Diplomasi”, diantaranya menekankan peranan penting semua hubungan keamanan Jepang - AS dalam mempertahankan kestabilan di kawasan Asia-Pasifik. Laporan itu menunjukan bahwa hubungan Jepang - AS merupakan batu ujian di kawasan, tempat dimana semua latar belakang keamanan sedang menjadi buruk, akibat pengeluaran biaya militer yang naik di kawasan dan eskalasi ketegangan antara negara - negara demi kepentingan wilayah laut. Laporan itu juga menegaskan bahwa Jepang akan mengusahakan kerjasama dengan negara-negara lain, diantaranya ada AS untuk meminta kepada RDR Korea supaya mematuhi semua Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan semua permufakatan yang sudah dicapai di meja perundingan 6 fihak.
Semua penegasan optimis dikeluarkan secara berturut-turut sehubungan dengan kunjungan kerja pertama yang akan dilakukan Menlu AS John Kerry di Asia, tetapi hal itu tidak berarti politik kembali ke Asia dari AS sama sekali mengalami kemudahan, bahkan dilihat cukup sulit ketika semua program pemangkasan anggaran keuangan sedang dilakukan di AS yang pernah membuat Menu John Kerry menyangsikan target- target politik hubungan luar negeri ini. Sedangkan, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel juga ingin mengevaluasikan kembali strategi-nya untuk disesuaikan dengan praktek-praktek anggaran keuangan sekarang.
Menyusul perlawatan ke tiga negara Asia yang dilakukan Menlu AS John Kerry kali ini, dua bulan kemudian dia juga akan kembali ke Asia untuk menghadiri pertemuan para Menlu ASEAN di Brunei Darussalam pada Juni mendatang, mengunjungi beberapa negara di Asia Tenggara sehubungan dengan kesempatan itu. Semua kunjungan itu memperlihatkan bahwa Asia - kawasan yang paling dinamis di dunia belum pernah lepas dari bidikan politik hubungan luar negeri dari pemerintah pimpinan Presiden Barack Obama./.