(VOVWORLD) - Gereja Plei Mo Nu terletak di dusun 1, desa Plei Mo Nu, Kecamatan Chu A, Kota Pleiku. Ini merupakan salah satu di antara gereja-gereja Protestan yang indah dan paling terkenal di Kota Pleiku Provinsi Gia Lai.
Gereja Plei Me Nu (Foto: Ngoc Anh) |
Dahulu, karena tidak ada gereja, warga desa Plei Mo Nu menjalankan agama untuk sementara dalam satu rumah milik seorang warga. Dengan jumlah penganut yang kian meningkat dan mendapat lahan yang disumbangkan warga, Persatuan Protestan Plei Mo Nu memutuskan membangun gereja Plei Mo Nu. Pada tanggal 20 November 2015, acara meletakkan batu pertama untuk membangun Gereja Protestan Plei Mo Nu diadakan di tengah berkat yang diberikan Yesus. Setelah dibangun selama 7 bulan, bangunan tersebut telah selesai. Pada tanggal 17 Januari 2017, sehubungan dengan peresmian Gereja Protestan Plei Mo Nu, Persatuan Protestan Plei Mo Nu dengan khidmat mengadakan upacara mempersembahkan Gereja kepada Yesus.
Gereja Protestan Plei Mo Nu seluas 610 meter per segi, terletak di satu lahan yang tinggi dan luas, di sampingnya ada satu hutan pohon pinus yang hijau, cuacanya sejuk sepanjang tahun. Ruang ibadah luas dan megah, dekorasinya bergaya dengan motif-motif tradisional yang unik. Di bagian depan dan dua sisi gereja ini ada banyak jendela dan pintu sehingga tercipta menjadi ruang yang lampang dan seimbang. Di dalam gereja ini, dekorasi-nya harmonis dan diatur dengan 4 baris bangku, masing-msing mempunyai 25 kursi panjang untuk 5 orang, dua layar besar dipasang dengan alat teknik audio, sistem cahaya, dan kipas listrik modern. Pekarangan gereja tampak seperti satu taman bunga miniatur dengan banyak pohon hijau, bunga, pohon hias, rerumputan dan bangku batu. Bapak Siu Mor, penanggung jawab Persatuan Protestan Plei Mo Nu memberitahukan:
“Kami memiliki satu pekarangan gereja yang luas dan lengkap seluas 5.000 meter persegi. Taman tumbuhan di sekitar gereja seluas 2.000 meter persegi. Gereja ini bisa memuat dari 900-1000 orang. Urusan duniawi, maupun agamawi kami selalu mendapat bantuan dari negara. Kami sedang meminta surat pengakuan hak guna tanah dan memperluas lagi pekarangan gereja ini”.
Penganut agama Protestan di desa Plei no Mu (Foto: Ngoc Anh) |
Secara rutin pada hari Rabu dan hari Minggi setiap pekan, warga desa Plei Mo Nu bersama-sama datang ke gereja untuk beribadah, yang paling banyak pada pagi Hari Minggu.
Jumlah penganut agama Protestan di desa Plei No Mu sekarang ini sebanyak lebih dari 1.000 orang dan semuanya adalah warga etnis minoritas Jrai. Salah satu di antara adat manusiawi dari warga Protestan desa Plei Mo Nu ialah secara sukarela menyumbangkan uang dan beras setiap kali pergi beribadah di gereja dan hasilnya akan dibagikan oleh para diaken gereja kepada orang-orang yang menjumpai kesulitan di desa serta bisa mengumpulkan biaya untuk memperbaiki gereja. Pada setiap kali melakukan kegiatan keagamaan, warga juga berterima kasih kepada Yesus yang telah memberi kesehatan dan kearifan, menyanyikan gita puja, mendengarkan khotbah yang dipresentasikan oleh pendeta atau diaken gereja. Saudari Rina, warga desa Plei Mo Nu menceritakan:
“Hampir semua warga di desa kami beragama Protestan. Pada hari Senin dan Sabtu, kami latih bernyanyi. Pada hari Minggu warga pergi ke gereja paling banyak untuk beribadah karena mereka tidak harus bekerja. Hari Minggu adalah Hari suci, Kamis untuk menghormati orang tua. Ketika berdoa, hati tenang, merasakan hidup yang baik, ingat pada ajaran Yesus, ingatkan diri untuk bertindak baik”.
Gereja Plei Mo Nu memiliki arsitektur Roman Barat, tapi harmonis dengan arsitektur Ketimuran karena setiap motif dan ukiran dengan tampilan kebudayaan asli. Gereja Plei Mo Nu tidak hanya merupakan satu bangunan dari kepercayaan agama saja, melainkan juga dianggap sebagai tempat tamasya bagi wisatawan setiap kali berkunjung ke desa Plei Mo Nu. Setiba di sana, wisatawan merasakan satu Gereja Protestan yang arsitektur-nya tidak kompleks, tapi suci, lembut dan bisa melihat seluruh daerah pedesaan yang tenang tenteram, alam dan manusianya saling berbaur.