(VOVWORLD) - Terletak di kawasan poros Situs peninggalan Nasional istimewa Pemandangan Pesawahan terasering Mu Cang Chai, Provinsi Yen Bai, Bukit “Mam Xoi” (yang artinya “nampan nasi ketan”), di Kecamatan La Pan Tan merupakan salah satu destinasi wisata yang menyerap kedatangan wisatawan dari semua penjuru tanah air.
Tetapi, ada sedikit orang yang tahu bahwa untuk memiliki satu pemandangan Mam Xoi seperti sekarang, keluarga Ibu Lu Thi Ly di dusun Ta Chi Lu, Kecamatan La Pan Tau telah menyediakan tidak sedikit tenaga dan semangat, membuka dan “mewarna-warnikan” tanah agar bukit “nampan nasi ketan emas” ini kian menjadi lebih indah.
Ibu Lu Thi Ly menggali, meratakan tanah dan batu di Bukit Mam xoi (Foto: VOV) |
Dulu, bukit Mam Xoi dan banyak sawah terasering di Kecamatan La Pan Tau tidak bisa dimanfaatkan untuk produksi pertanian karena kekurangan air. Oleh karena itu, warga di sana biasanya membiarkan kerbau dan sapi ke sawah untuk makan rumput sehingga merusak pematang sawah dan pemandangan bukit. Pada saat itu, keluarga Ibu Lu Thi Ly harus bergantian mengawasi, memperbaiki dan menjaga sawah .
“Meskipun pengawasan sawah tidak susah-payah, tetapi memakan banyak waktu karena jalan yang menuju ke sana jauh sekali. Namun untuk melindungi pemandangan bukit Mam xoi, keluarga saya harus aktif memantau sawah, merawat pematang sawah, memperbaiki semua kerusakan akibat hujan deras, atau dirusak oleh kerbau dan sapi”.
Ibu Ly memberitahukan bahwa untuk memiliki satu bukit Mam xoi yang indah seperti sekarang, keluarganya harus mengalami pembukaan tanah yang sangat susah-payah, tidak memperdulikan mata hari dan hujan untuk melindungi, memperbaiki dan melestarikan keindahan abadi dan jarang ada dari bukit Mam xoi ini. Dia masih ingat lebih dari 30 tahun lalu, bukit Mam xoi hanyalah satu bukit seperti halnya dengan bukit-bukit yang lain. Setelah menikah, Ibu Lien dan suaminya ke bukit itu untuk memulai pembukaan tanah di sana. Selama lebih dari dua bulan menggali, meratakan tanah dan batu, dengan perkakas yang sederhana seperti cangkul dan sekop, mereka telah menciptakan satu sawah di atas puncak bukit.
Hingga sekarang, bukit Mam Xoi ini tidak hanya memberi 17-20 karung padi setiap panenan saja, melainkan juga menjadi tempat wisata yang menyerap kedatangan wisatawan dari semua penjuru dari tanah air, membantu keluarganya mendapat pendapatan lagi. Agar supaya pohon padi bisa tumbuh dan berkembang baik, menjamin ketinggian dan kerataan, keluarga dia harus mematuhi secara ketat petunjuk yang diberikan para pejabat penyuluhan pertanian, baik dari tahapan memberi pupuk, sampai mencegah dan membasmi hama. Khususnya, untuk mencukupi air bagi pohon padi, pada setiap masa panen, keluarganya harus siang-malam “mengawas air” ke sawah.
Dia berkata bahwa dia sangat gembira ketika sawahnya menjadi satu destinasi wisata yang terkenal di kabupaten dan provinsi. Oleh karena itu, keluarga dia akan berupaya merawat bukit Mam xoi agar kian banyak orang yang datang mengunjungi dan mengalami pengalaman. Dia juga menginginkan agar pemerintahan daerah menaruh perhatian lebih banyak untuk mengkonservasikan dan mengembangkan keindahan Bukit Mam xoi.
“Keluarga saya menginginkan agar pemerintahan kecamatan memberikan perhatian dan bantuan agar produksi bisa terus terjamin, mempelajari untuk mencari cara mencocok-tanamkan satu masa tanam lagi”.
Pemandangan di bukit Mam xoi (Foto: VOV) |
Sekarang, pada musim hujan atau musim padi matang, kawasan bukit Mam xoi menyerap kedatangan ribuan wisatawan untuk berkunjung dan menikmati pemandangan. Agar kegiatan-kegiatan mendapat pengalaman berlangsung secara kondusif dan aman, setelah ada kesepakatan dari para kepala keluarga pemilik sawah, di antaranya ada keluarga ibu Lu Thi Ly, Pemerintahan Kecamatan La Pan Tan telah memungut biaya, kemudian dibagikan kepada semua pemilik sawah, sisanya digunakan untuk memperbaiki dan memperluas jalan yang menuju ke bukit Mam xoi. Saudara Ho A Thanh, Pejabat urusan kebudayaan di Kecamatan La Pan Tan memberitahukan:
“Semua kepala keluarga juga berkoordinasi dengan kecamatan untuk menjaga dengan baik sawah terasering, membersihkan selokan, memperkokoh pematang sawah menjadi aman”.
Pada tahun 2007, pemandangan sawah terasering yang unik di Mu Cang Chai, Provinsi Yen Bai resmi diakui oleh Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata menjadi lanskap tingkat nasional. Sampai tanggal 31 Desember 2019, Perdana Menteri mengeluarkan Keputusan untuk memeringkatkan Situs peninggalan nasional istimewa (kali ke-10) untuk 7 situs peninggalan, di antaranya ada Pemandangan alam sawah terasering Mu Cang Chai.
Bapak Nguyen Tien Binh, Kepala Kamar Kebudayaan Kabupaten Mu Cang Chai memberitahukan bahwa seiring dengan bukit Mam xoi di Kecamatan La Pan Tan, di antara lebih dari 7.000 Hektar sawah terasering di daerah itu, masih ada sangat banyak tempat yang menarik wisatawan. Kabupaten Mu Cang Chai sedang fokus menggelar secara sikron langkah-langkah menjaga keutuhan kawasan poros Situs peninggalan nasional istimewa pemandangan alam sawah terasering Mu Cang Chai, fokus memperbaiki dan memperindah pemandangan di sekitar situs peninggalan, berkoordinasi melestarikan pesta-pesta budaya tradisional seperti: pesta menyambut nasi baru, pesta Gau Tao (Pesta turun ke sawah) dan sebagainya… menciptakan satu Mu Cang Chai yang indah dan menarik terhadap wisatawan dari semua penjuru tanah air.
“Kami memperkuat propaganda untuk meningkatkan pemahaman, kesadaran dan tanggung jawab dari berbagai lapisan rakyat dalam melestarikan, menjaga dan mengembangkan nilai pusaka, mempertahankan pelaksanaan dengan baik ilmu pengetahuan rakyat tentang penanaman padi air di sawah terasering, bersamaan itu melestarikan dan mengkonservasikan nilai-nilai kebudayaan tradisional di masyarakat yang terkait dengan budaya cocok taman di sawah terasering untuk menciptakan produk-produk wisata yang ramah, dekat dan berkesinambungan”.
Dengan tangan yang rajin dan asyik berkreasi, warga etnis minoritas Mong di Mu Cang Chai, di antaranya ada keluarga ibu Lu Thi Ly telah mengukir pada lereng gunung “lukisan-lukisan” sawah terasering indah yang mengagumkan. Agar di kemudian hari, siapa pun yang pernah tiba di sana dan mendapat pengalaman di sawah-sawah terasering yang ajaib itu akan tidak bisa melupakan dan juga sekali lagi ingin datang kembali ke sana.