Penyair Hoang Nhuan Cam – Penyair yang Dicintai oleh Banyak Orang

(VOVWORLD) - Saudara pendengar, Penyair Hoang Nhuan Cam (lahir pada 07  bulan Februari tahun 1952) baru saja meninggal dunia pada tanggal 19 April tahun 2021 di Kota Ha Noi karena penyakit paru-paru kronis. Selama bertahun-tahun lalu, penyair yang  dicintai oleh banyak orang ini  telah menjadi sahabat akrab   terhadap banyak program Radio Suara Vietnam (VOV), di antaranya ada program-program di mana dia secara rutin memainkan peran sebagai tamu undangan.

 Penyair Hoang Nhuan Cam adalah penyair yang  memperoleh simpati dari banyak generasi pembaca, berbagai lapisan rakyat dan berbagai usia. Ada banyak generasi pelajar dan mahasiswa yang asyik mencatat puisi-puisi ciptaan dia ke dalam buku catatan seperti: “Daun pertama”, “Berkencan lama,  akhirnya Adinda  datang juga”, “Dadu musim Gugur”, dan “Awan yang amat acuh tak acu”.

Penyair Hoang Nhuan Cam – Penyair yang  Dicintai oleh Banyak Orang - ảnh 1Penyair Hoang Nhuan  Cam (Foto: VOV)

Puisi asmara  ciptaan penyair Hoang Nhuan Cam sangat merdu  dan mengganderungkan dengan kata-kata yang terukir selama-lamanya dalam fikiran kaum pembaca. Di samping puisi asmara untuk mahasiswa, dia juga  meninggalkan banyak puisi yang khas yang  berjalan seperjalanan  dengan perang perlawanan dan revolusi. Hoang Nhuan Cam juga menciptakan banyak puisi dan  kalimat puisi yang menggelisahkan  tentang nasib manusia. Penyair Hong Thanh Quang  telah berbagi perasaan dan  kenang-kenangan  akan penyair Hoang Nhuan Cam sebagai berikut:

 “Saya mempunyai  banyak  kenang-kenangan tentang dia.  Ketika masuk tentara, saya telah menjadi teman  dekat dengan dia.  Semua buku puisi ciptaan dia pada masa mudanya  laksana suara hati saya dan kesan itu telah menyertai seumur hidup saya. Meninggalnya Hoang Nhuan Cam sangat menyedihkan  bagi tidak hanya saya saja melainkan juga para pecinta puisi ciptaan dia.  Dia seumur hidup telah memeluk puisi laksana prajurit  memeluk senapan  di medan perang”.

Para penggemarnya  di seluruh Vietnam juga  menyaksikan Hoang Nhuan Cam seperti seorang aktor dengan aktingnya yang sangat mengesankan  melalui berbagai peran sebagai penyair dalam film dengan judul: “Nasib Baik” atau seorang Dokter bunga bukung dalam komedi: “Pertemuan di akhir pekan” yang ditayangkan  di Kanal Televisi Vietnam. Dia juga dikenal sebagai pencipta skenario film dengan banyak  karya film yang memperoleh penghargaan tinggi seperti: “Malam Pesta  Long Tri”, “Kota Ha Noi pada Musim Dingin 1946” , “Bau rumput yang terbakar” dan lain-lain….

Tidak hanya adalah seorang penyair, Hoang Nhuan Cam juga adalah seorang aktor yang memiliki cara akting yang memikat hati penonton.  Dia telah berceramah tentang puisi dan membaca puisi di banyak kantor, barak tentara, sekolahan  di depan ratusan pendengar. Cara-nya dalam berceramah  secara cerdas, improvisasi, penuh gaya jenaka dan humoristis  telah menciptakan warna-warni khas bagi berbagai program siaran di mana dia  berperan sebagai tamu undangan. Jurnalis Tran Nhat Minh, Kepala Departemen Siaran Seni dan Sastra, VOV selalu menganggap penyair Hoang Nhuan Cam sebagai brand yang terkait dengan program-programnya.

 “Penyair Hoang Nhuan Cam telah  berhubungan erat dengan VOV di banyak program dan kanal, khususnya di Departemen Siaran Seni dan Sastra. Meninggalnya  Hoang Nhuan Cam merupakan kehilangan besar bagi kami karena dia telah membina satu brand sendiri. Saya pikir bahwa harus memerlukan waktu lama  barulah  bisa menemukan seorang rekan yang memiliki suara, cara bercerita  dan gaya menyampaikan argumentasi yang punya mansa dan corak  bagi program-program, khususnya program tentang kesusasteraan dan kesenian di gelombang Radio”.

Pada waktu masih hidup, penyair Hoang Nhuan Cam pernah menciptakan banyak kalimat puisi tentang kematian. Sekarang, kematian telah menjemput dia, satu dunia lain telah  menjemput dia, tetapi puisi ciptaannya dan  ia sendiri akan hidup selama-lamanya dalam  kesayangan dari banyak orang yang masih hidup, dalam hati setiap teman dan adik-nya. Seperti halnya yang pernah dia harapkan: Apabila saya meninggal, langit biru tetap tenang tenteram/  Tambah lagi satu bintang yang jatuh/ Ketika anda duduk untuk minum kopi apakah mengingat/ Minumlah pula  bintang itu untuk -ku ( Kalimat-kalimat dalam puisi yang bertemakan: Tambah satu bintang). 

Komentar

Yang lain