(VOVWORLD) - Masyarakat etnis minoritas Cham menganut sistem matriarkal, seorang anak perempuan yang sesudah menikah tetap tinggal di rumah orang tuanya. Suami mengikuti istri untuk tinggal bersama dengan keluarga istri. Dalam keluarga penganut sístem matriarkal etnis Cham, setiap pasangan suami istri kakak beradik perempuan memiliki rumah mereka sendiri, sehingga di setiap lokasi perumahan tradisional etnis Cham tidak hanya terdapat satu rumah, tetapi jumlah rumah di lokasi tersebut bergantung pada berapa banyak perempuan yang sudah menikah dalam keluarga tersebut.
Rumah-rumah tradisional dari masyarakat etnis minoritas Cham cukup luas, dengan arsitektur unik berupa kelompok 5 hingga 7 buah rumah dalam struktur berbentuk huruf I, menurut sumbu Timur-Barat, membantu rumah menerima angin dan cahaya alami. Lokasi rumah dipilih secara hati-hati agar menguntungkan dari segi feng shui dan sesuai dengan kepercayaan. Bapak Dang Chi Quyet, Sekretaris Resor Partai, Ketua RW Bau Truc, Kotamadya Phuoc Dan, Distrik Ninh Phuoc, Provinsi Ninh Thuan, berkata:
“Pertama, masyarakat etnis minoritas Cham mencari sumber air sebelum membangun rumah. Sumur selalu menghadap ke arah timur laut. Dapur menghadap arah barat laut. Setiap kali membangun rumah, masyarakat mengumpulkan cukup kayu, lalu baru membangun rumah. Dinding rumah penduduk terbuat dari lumpur dan jerami yang dicampur dengan air secara hati-hati, lalu ditempelkan pada dinding rumah.”
Rumah etnis Cham yang dipugar di Museum Etnologi (Kota Hanoi). (Foto: Ngoc Anh/VOV5) |
Menurut adat istiadat masyarakat etnis Cham, sebelum mulai membangun rumah baru, tuan rumah harus memilih hari baik, bulan baik, dan jam baik. Jumlah rumah di lokasi perumahan juga bergantung pada kelas sosial keluarga. Bagi keluarga kelas bangsawan, lokasi perumahan akan ada 7 buah rumah, sedangkan kelas biasa hanya memiliki 5 buah rumah saja. Lima buah rumah dari masyarakat Cham diibaratkan seperti 5 jari tangan atau melambangkan teori lima elemen. Kalau kurang salah satu dari kelima elemen itu, maka tidak mungkin ada sesuatu pun di dunia ini.
Pertama adalah dapur atau “thang ging”, rumah “thang yơ”, tempat tinggal bagi pasangan pengantin baru. Berikutnya adalah rumah horizontal atau rumah “thang lam”, tempat tinggal orangtua dan kakak beradik kandung yang belum menikah. Rumah ini besar dan lebih lebar dari pada rumah-rumah lainnya. Di belakang rumah “thang lam” adalah rumah sampingan atau rumah samping “thang mu yau”.
Ini adalah rumah tinggal dari kakak perempuan tertua dan suaminya saat adik perempuannya kedua menikah, meninggalkan rumah “thang yơ” untuk adik perempuan dan suaminya. Akhirnya adalah “thang tong”, rumah untuk orang tua dan bangsawan. Bagi kelas bangsawan, ada dua rumah lagi: rumah simpan peralatan bajak, cangkul, dan sekop, dan rumah simpan alat penggilingan dan lesung.
Masyarakat Cham percaya bahwa mendirikan tiang rumah merupakan langkah yang paling penting, dengan makna untuk menghubungkan langit dan bumi serta manusia. Upacara untuk menegakkan tiang rumah dilaksanakan pada pagi hari, sekitar pukul 6 pagi. Bahan untuk membangun rumah tradisional Cham sebagian besar terbuat dari kayu dan beratap jerami. Saudari Camry, seorang etnis Cham di Provinsi Ninh Thuan, mengatakan:
“Harus orang kaya, punya kekuasaan, maka arsitektur rumahnya baru terbuat dari kayu. Rumah masyarakat etnis Cham biasa hanya terbuat dari tanah dan bambu, bukan kayu. Rumah-rumah masyarakat Cham hangat di musim dingin dan sejuk di musim panas”.
Pertunjukan musik dan tari etnis Cham. (Foto: Ngoc Anh/VOV5) |
Rumah-rumah dari masyarakat etnis Cham selalu dilindungi oleh pagar. Hal yang istimewa yalah ujung pagar antara satu rumah dengan rumah lainnya tidak pernah segaris satu dengan yang lain tetapi harus berjarak sekitar satu langkah kaki. Di setiap kebun rumah sering ditanam pohon asam. Saudara Ka Phiu, seorang etnis Cham di Provinsi Ninh Thuan, mengatakan:
“Masyarakat etnis Cham suka menanam pohon asam di lokasi perumahannya karena pohon asam tahan terhadap kekeringan dan dapat bertahan terhadap kondisi cuaca buruk. Pohon asam merupakan pohon spiritual. Jika ada seseorang etnis Cham yang tidak subur, dia akan mengadakan upacara memuja pohon asam untuk mendoakan anak. Dalam upacara kremasi masyarakat Cham juga harus ada ranting pohon asam, yang memiliki makna spiritual bahwa masyarakat Cham hidup bersama pohon asam dan ketika mereka meninggal, pohon asam akan mengikuti arwah mereka”.
Setelah membangun rumah, masyarakat etnis Cham akan mengadakan upacara perayaan rumah baru. Pada kesempatan ini, anak laki-laki dan perempuan etnis Cham mengenakan pakaian tradisional, menampilkan lagu-lagu dan tarian-tarian daerah yang unik, sehingga mendatangkan suasana gembira dan bahagia. Masyarakat etnis Cham menghargai rumah mereka, karena ini merupakan tempat untuk melestarikan dan meneruskan tradisi budaya keluarga dan marga.