(VOVworld)- Pada Jumat, 10 Agustus, Pemerintah Amerika Serikat (AS) telah mengenakan sanksi terhadap Perusahaan permigasan negara Suriah, Sytrol dengan tuduhan bahwa perusahaan ini melakukan hubungan usaha dengan cabang energi Iran. Kongkritnya ialah, Kementerlian Luar Negeri (Kemlu) Amerika Serikat menuduh Perusahaan Sytrol telah mengirimkan 33.000 ton bensin kepada Iran pada bulan April tahun ini. Dalam satu pemberitahukan, Juru Bicara Kemlu Amerika Serikat, Patrick Ventrell menyatakan bahwa Amerika Serikat masih merasa cemas tentang hubungan-hubungan yang dekat antara dua rezim yang berkuasa di Iran dan Suriah, bersamaan itu, berkomitmen akan menggunakan semua cara untuk bisa mencegah ketidak-stabilan di kawasan ini.
Ilustrasi
(Foto: vietnamplus.vn)
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Inggirs, David Cameron menyatakan bahwa Presiden Suriah, Bashar al Assad harus lengser. Kepala Pemerintah Inggris menegaskan akan terus menimbulkan tekanan diplomatik agar dua negara Rusia dan Tiongkok menerima semua sanksi yang lebih keras lagi terhadap Presiden Suriah dan menuju ke tujuan terakhir ialah Assad harus lengser. Akan tetapi, Perdana Menteri Inggris, Cameron juga menekankan bahwa Inggris menginginkan adanya peralihan kekuasaan dari pemerintah sekarang ini agar penduduk Suriah mendapat kesempatan baru. Inggris adalah salah satu diantara banyak negara Barat yang terus-menerus menimbulkan tekanan yang kuat terhadap kekuasaan pimpinan Presiden Suriah, Assad. Bahkan, Inggris telah menyampaikan rancangan resolusi tentang masalah ini kepada Dewan Keamanan PBB, satu langkah keras untuk memaksa Presiden Suriah harus lengser.
Dalam pada itu, di Suriah, jumlah orang yang mengungsikan dari kota Aleppo ke negara-negara tetetangga selama ini semakin meningkat, meningkatkan jumlah pengungsi negara ini menjadi 150.000 orang. Banyak pengungsi harus hidup dalam syarat kekurangan pangan dan obat-obatan. Dalam menghadapi situasi ini, Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara Eropa telah meningkatkan secara berlipat bantuan untuk ratusan pengungsi yang telah dan sedang melewati garis perbatasan ke negara-negara tetangga dari Suriah ketika perang saudara semakin menjadi lebih sengit./.