(VOVworld) – Pada Senin (2 September), ketika menjawab interviu Koran Perancis, “Le Figaro”, Presiden Suriah, Bashar al –Assad memperingatkan bahwa kampanye militer yang dilakukan negara-negara Barat bisa membangkitkan satu “perang kawasan” di Timur Tengah. Presiden Bashar al-Assad juga memberitahukan bahwa Perancis akan harus menghadapi “akibat-akibat” kalau ikut serta pada rencana serangan militer terhadap Suriah yang dikepalai Amerika Serikat (AS) dengan tuduhan bahwa pemerintah Damaskus telah menggunakan senjata kimia yang menewaskan ratusan orang pada bulan lalu.
Pada latar belakang negara-negara Barat sedang mempertimbangkan tindakan militer terhadap Suriah, Iran terus menyatakan pandangannya untuk menolak gerak-gerik ini, menganggap bahwa semua intervensi militer dari luar terhadap Suriah akan mengakibatkan kekacauan dan instabilitas untuk jangka panjang di seluruh kawasan Timur Tengah.
Presiden Suriah, Bashar al-Assad
(Foto: vov.vn)
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergey Lavrov, pada Senin (2 September), telah resmi menyatakan bahwa “kepentingan Rusia berkaitan dengan situasi di Timur Tengah, khususnya di Suriah”. Menlu Rusia memberitahukan bahwa keamanan nasional di negara-negara di kawasan telah mengalami kerugian yang serius setelah intervensi militer terhadap Irak, kelanjutan adalah Libia.
Sebelumnya, Menlu negara-negara Arab telah mengadakan pertemuan di kota Kairo (Ibukota Mesir) untuk membahas situasi di Suriah dan telah mengeluarkan resolusi untuk mendesak kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan komunitas internasional supaya menjalankan “tindakan pencegahan yang perlu terhadap pemerintah Suriah” yang berdasarkan Piagam PBB dan hukum internasional./.