(VOVWORLD) - Selama bertahun-tahun ini, Vietnam selalu berada dalam 3 Besar negara eksportir beras di dunia, hanya setelah India dan Thailand. Hasil produksi perberasan Vietnam mencapai dari 42-45 juta ton, hasil produksi beras mencapai dari 26-29 juta ton pertahun. Beras Vietnam telah diekspor ke kira-kira 150 negara dan teritori, nilai ekspor meningkat lebih banyak terbanding dengan dulu.
Namun perubahan-perubahan yang terjadi di pasar dunia yang semakin cepat telah menunjukkan bahwa Vietnam harus mengajukan pendekatan yang baru dalam mengekspor dan mengembangkan pasar perberasan di dalam negeri.
Eskpor perberasan Vietnam pada tahun 2018 mencapai 6 juta ton, omset-nya mencapai3,03 miliar USD (Foto:kinhtedothi.vn) |
Menurut hemat Profesor, Doktor Bui Chi Buu, mantan Kepala Agronomi Vietnam Selatan, setiap brand barang harus dibina di atas satu fundasi kualitas yang tinggi, mendapat pengakuan dan dicatat dalam pikiran setiap konsumen, dikontrol kualitas nya dan mudah diecek asal-usulnya.
Seiring dengan usaha membangun dan mengembangkan brand beras nasional, menurut Deputi Menteri Industri dan Perdagangan Vietnam, Tran Quoc Khanh, Vietnam perlu cepat menstandardisasi produksi perberasan dan mengeluarkan solusi-solusi mendasar untuk mengoptimalkan sumber suplai. Dia memberitahukan:
“Vietnam perlu mengoptimalkan sumber suplai. Kalau hasil produksi seluruh negeri mencapai kira-kira 5 juta ton maka outputnya dan pemasarannya akan menjadi lebih sederhana, tapi kalau meningkat ke 6-7 juta ton akan menimbulkan masalah. Oleh karena itu, harus mengoptimalkan hasil produksi dan struktur hasil produksi. Melakukan restrukturisasi produksi merupakan hal yang penting.”
Karena dampak-dampak dari situasi perubahan iklim, pemindahan struktur pohon tanam untuk meningkatkan nilai produk dalam pertanian, mengurangi resiko-resiko dan dampaknya terhadap produksi, mengganti pohon padi di tempat-tempat yang punya kemampuan memproduksi perrikanan, peternakan dan mengembangkan sayur-sayuran merupakan solusi-solusi bagi produksi perberasan di Vietnam pada masa depan. Profesor Muda, Doktor Tran Dinh Thien, mantan Kepala Institut Ekonomi Vietnam menyatakan:
“Vietnam menjalankan strategi produksi pertanian, produksi padi sawah menurut target menumbuhkan hasil produksi tinggi, bukan kualitas perberasan, harus mengubah struktur produksi pangan setelah menjamin ketahanan pangan, memilih bibit padi dengan kualitas tinggi, perlu mengurangi area penanaman padi supaya tidak terpasifkan tentang air.”
Menteri Pertanian dan Pengembangan Pedesaan Vietnam, Nguyen Xuan Cuong memberitahukan bahwa cabang pertanian sedang mengevaluasikan program ketahanan pangan, di antaranya akan menghitungkan pengurangan 500.000 hektar di antara total kira-kira 4 juta hektar tanah penanaman pohon padi alih-alih agribisnis-agribisnis lain yang punya nilai yang lebih tinggi. Oleh karena itu, cabang produksi perberasan Vietnam akan mempunyai “satu visi” yang baru yang disertani dengan ketetapan strategi yang sesuai dan membawa nilai pertambahan yang paling baik kepada para petani padi di Vietnam serta badan-badan usaha perberasan. Dia mengatakan:
“Perlu melaksanakan restrukturisasi di 3 segi. Yang pertama ialah produksi yang jiwa-nya ialah konektivitas. Tidak melakukan konektivitas,berarti tidak berhasil, tidak melakukan konektivitas, berarti pemasaran akan mengalami kesulitan. Yang kedua ialah pengolahan dan yang ketiga ialah pengorganisasian pasar. Satu hal yang penting ialah memperhatikan pasar domestik”.
Ekspor beras Vietnam pada tahun 2018 mencapai 6 juta ton, nilai ekspor mencapai 3,03 miliar USD. Pada tahap 2021-2030, strategi Vietnam ialah mengurangi jumlah beras ekspor dan meningkatkan nilai brand beras Vietnam untuk mencapai omset yang lebih tinggi..