(VOVworld) – Di daerah penghasil pisang manis dan mangga harum yaitu kabupaten Yen Chau, provinsi Son La (Vietnam Utara) ada satu jenis pisang yang dinamakan Cuoi Nguon (pisang Nguon) sangat digemari oleh warga etnis minoritas Thai, kabupaten Yen Chau. Tidak hanya berkaitan dengan kehidupan rakyat, tapi jenis pisang ini adalah satu masakan yang tidak bisa kurang pada kesempatan hari raya tahun baru dan pesta yang penting dari warga etnis minoritas Thai di daerah ini.
Pohon pisang Nguon
di kabupaten Yen Chau
Foto: vov.vn
Menurut para sesepuh di dukuh-dukuh pemukiman warga etnis minoritas Thai, kabupaten Yen Chau, jenis pisang Nguon ini sudah ada sejak sangat lama di daerah ini. Warga etnis minoritas Thai menamakannya sebagai “pisang sendirian”, karena pohon pisang ini tidak mirip seperti pohon-pohon pisang lain, ia ditanam dengan biji, hanya tumbuh sendiri dan tidak melahirkan pohon anak. Bunga pisang ini berwarna hijau emping beras, ketika buahnya masak, pohon pisang akan berangsur-angsur layu dan mati. Pada saat itu, biji pisang jatuh ke tanah dan terus tumbuh menjadi pohon baru. Bapak Lu Van Banh, warga etnis minoritas Thai di dukuh Na Va, kecamatan Vieng Lan, kabupaten Yen Chau memberitahukan:
“Jenis pisang Nguon ini berasal dari hutan. Kemudian, beberapa keluarga menanamnya di kebun perkarangan dan huma. Dan hingga sekarang, semua keluarga juga menanam pohon pisang ini untuk kebutuhan hidup, pernikahan dan upacara rumah baru. Setiap keluarga punya sedikit-dikitnya dari 5 sampai 10 pohon dan yang paling banyak dari 40 sampai 50 pohon pisang ini, sedangkan, keluarga yang tidak punya harus membelinya”.
Danau Chieng Khoi di kabupaten Yen Chau
Foto: baosonla.org.vn
Sejak dahulu kala, warga etnis minoritas Thai di kabupaten Yen Chau telah tahu masuk hutan untuk mengambil rebung dan sayur hutan, diantaranya ada pohon pisang Nguon untuk memperbaiki mutu makanan sehari-hari. Berangsur-angsur, jenis pisang ini telah menjadi satu masakan dominan yang tidak bisa kurang bagi warga di sini dalam upacara-upacara kematian dan pernikahan yang penting di dukuh. Bapak Lu Van Banh menambahkan:
“Dalam upacara pernikahan, upacara rumah baru, upacara pemakaman walaupun sudah ada berbagai macam daging dan sayur, tapi tidak bisa kurang kuah yang dibuat dari pisang Nguon. Di semua restoran, kuah pisang Nguon juga menjadi masakan yang paling khas, ia adalah masakan tradisional dari warga etnis minoritas Thai, kabupaten Yen Chau, semua orang ingin makan kuah pisang Nguon”.
Karena pisang Nguon adalah masakan yang digemari oleh warga etnis minoritas Thai, maka mereka telah datang ke hutan untuk mengambil pohon pisang Nguon untuk ditanam di kebun perkarangannya untuk menyediakan pisang ini dalam jamuan keluarga mereka. Akan tetapi, untuk ada kuah pisang Nguon yang enak dan gurih sesuai dengan selera, harus tahu cara memasak kuah ini dengan beberapa bumbu yang sesuai lainnya.
Tidak hanya warga etnis minoritas Thai di kabupaten Yen Chau baru menggemari masakan pisang Nguon yang khas ini, tapi semua orang baik lansia maupun pemuda yang lahir dan dibesarkan di daerah ini juga menggemari masakan tradisional ini. Dalam masakan-masakan yang variatif seperti dewasa ini, kuah pisang Nguon tetap merupakan salah satu masakan yang tidak bisa kurang dalam jamuan warga etnis minoritas Thai. Tidak hanya begitu saja, kuah pisang Nguon sekarang ini juga ada di tidak sedikit restoran untuk diperkenalkan kepada wisatawan tentang aroma kuliner etnis minoritas Thai. Ibu Lo Thi Mon, warga dukuh Tum, kecamatan Chieng Khoi, kabupaten Yen Chau memberitahukan: “Bagi warga etnis minoritas Thai di kabupaten Yen Chau, pisang Nguon tidak bisa kurang dalam semua pesta dan hari raya tahun baru. Dalam semua upacara kematian dan pernikahan, harus ada kuah pisang Nguon, ia adalah masakan dominan yang digemari semua orang”.
Ketika wisatawan berkesempatan datang ke kabupaten Yen Chau, supaya sekali menikmati aroma kuah pisang Ngon kabupaten Yen Chau dengan rasa gurih dan harumnya. Agar supaya setiap orang akan untuk selama-lamanya ingat tentang satu masakan yang berkaitan dengan kehidupa warga daerah pegunungan di daerah tersebut.