Acara pembukaan festival  (Foto: VGP/Quang Hieu)

Selama sebulan ini, ketika datang ke dukuh-dukuh etnis-etnis Ba Na dan Jarai di Provinsi Gia Lai, kita barulah merasakan suasana yang gembira dan antusias dari para warga, orang tua dan  orang muda sibuk membuat persiapan yang sebaik-baiknya untuk festival besar dari dukuh-dukuh di daerah Tay Nguyen. Bagi para pemuda di regu gong dan bonang dari Dukuh Pleiku Roh, Kota Pleiku, hari-hari ini benar-benar merupakan hari pesta. Sebagai regu gong dan bonang muda yang mewakili Kota Pleiku untuk ikut serta dalam festival budaya gong dan bonang daerah Tay Nguyen tahun 2018, para anggota regu ini merasa sangat bangga dan asyik berlatih.

Walaupun masih sangat muda, baru berusia dari 15-30 tahun, tetapi para anggota tim gong dan bonang Dukuh Pleiku Roh, Kota Pleiku telah menemukan kegandrungan di samping berbagai jenis instrumen musik dan tarian tradisional etnisnya. Dengan bimbingan yang diberikan oleh kepala regu ini, saudara Siu Thum, lebih dari 30 anggotanya ini sekarang ini telah  fasih melakukan gerak-gerik, merasakan suara yang baik dalam irama-irama tradisional.  Rocom H’Huyen, anggota yang paling muda dari regu gong dan bonang ini mengatakan: “Saya baru melakukan latihan di regu ini. Ini juga untuk pertama kalinya saya ikut serta dalam satu festival besar di Provinsi Gia Lai, maka saya mendapat kehormatan dan kegembiraan dan untuk melaksanakannya secara baik untuk festival ini, maka saya dan para anggota regu sangat asyik berlatih dengan keinginan memberikan acara-acara yang khas dalam memuliakan kesenian tradisional kepada semua orang”.

Untuk turut mengkonservasikan dan mengembangkan ruang budaya gong dan bonang daerah Tay Nguyen, Dinas Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Dak Lak mengadakan kursus-kursus pelatihan cara memainkan gong dan bonang di Kabupaten Cu Kuin. Di kursus-kursus ini, anak-anak akan mendapat beberapa pengetahuan dasar tentang gong dan bonang serta cara memainkan irama-irama bonang  yang diberikan oleh para artisan.. Menurut bapak Dang Gia Duan, Wakil Kepala Dinas Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Dak Lak, pengorganisasian kursus-kursus untuk kalangan muda tersebut merupakan cara sebaik-baiknya dan paling efektif dalam menjaga, mengkonservasikan dan mengembangkan nilai budaya yang khas dari ruang budaya gong dan bonang daerah Tay Nguyen-pusaka budaya nonbendawi yang mewakili umat manusia. Dia mengatakan: “Ada satu kenyataan ialah jumlah artisan yang tahu memainkan gong dan bonang di Provinsi Dak Lak semakin sedikit. Oleh karena itu, kami telah berupaya mengadakan kursus-kursus percontohan seperti ini dengan ikut sertanya  para artisan lansia di daerah dan diecek oleh para pakar untuk bisa memupuk generasi muda bisa menggunakan secara baik semua jenis gong dan bonang di daerah-daerah”.

Festival Budaya Gong dan Bonang daerah Tay Nguyen tahun 2018 diikutsertai oleh 1.200 artisan dan seniman dari 5 provinsi di daerah Tay Nguyen. Aktivitas-aktivitas utama di festival ini ialah festival jalanan yang berlangsung di jalan-jalan utama Kota Plei Ku, merevitalisasi beberapa pesta tradisional dari etnis-etnis setempat seperti menyambut padi baru, menyambut rumah panggung baru, merevitalisasi protokol berbagai etnis, mempresentasikan seni menderegulasi nada bonang, memahat patung rakyat, menganyam, menenun kain ikat, aktivitas kesenian rakyat, pagelaran wiracarita daerah Tay Nguyen, nyanyian rakyat, pameran foto tentang ruang budaya gong dan bonang daerah Tay Nguyen, pameran dan pertunjukan instrumen musik berbagai etnis. Di antaranya, titik beratnya ialah pertunjukan-pertunjukan gong dan bonang yang direvitalisasi dalam protokol-protokol tradisional.

Festival Budaya Gong dan Bonang daerah Tay Nguyen yang diadakan secara bergilir setiap tahun di banyak provinsi dan kota  merupakan kesempatan bagi Viet Nam untuk menyosialisasikan citra alam sekitar, manusia, potensi dan keunggulan pariwisata semua provinsi di daerah Tay Nguyen dan juga merupakan peluang untuk menyosialisasikan citra ruang budaya gong dan bonang daerah Tay Nguyen yang sudah mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai pusaka lisan dan pusaka budaya nonbendawi dari umat manusia.