(VOVworld) – Festival ke-7 Film Dokumenter Eropa-Vietnam baru saja berlangsung di kota Hanoi dan kota Ho Chi Minh dengan banyak karya film menonjol sehingga membantu para penonton berkontak dan mengerti tentang bermacam-macam kebudayaan. Banyak karya film telah pernah memperoleh penghargaan dalam festival-festival film internasional, punya cara memandang yang jujur tentang dunia, membawa penilaian-penilaian baru tentang kehidupan sehari-hari, perubahan-perubahan masyarakat maupun semua nilai budaya dari negara-negara peserta festival ini.
Jumpa pers tentang Festival ke-7
Film Dokumenter Eropa-Vietnam
(Foto: baomoi.com)
Pakar terkemuka tentang film dokumenter dunia, Patricio Guzman pernah memisalkan
“satu negara yang tidak punya film dokumenter bagaikan satu keluarga yang tidak punya album foto”. Hal ini sekali lagi ditegaskan melalui film-film dokumenter Vietnam peserta Festival ke-7 Film Dokumenter Eropa-Vietnam. Pada festival ini, film dokumenter Vietnam dengan judul
“Truong Sa-Vietnam” merupakan penegasan kedaulatan serta tekad membangun dan membela laut dan pulau dari rakyat Vietnam atau film dokumenter dengan judul
“Tetesan air di tengah-tengah samudera” yang isinya bicara tentang kehidupan dan usaha Jenderal Vo Nguyen Giap, seorang jenderal yang legendaris, abang sulung Tentara Rakyat Vietnam telah menimbulkan kesan yang kuat. Film dokumenter yang berjudul
“Daerah pedesaan” mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi daerah pedesaan, kehidupan kultural dan materiil dari kaum tani pada periode ekonomi pasar.
“Sungai Merah dengan 12 ruas” adalah film dokumenter yang isinya melukiskan kehidupan kultural dan spirituil orang Vietnam di daerah udik sampai daerah hilir sungai Merah. Menurut ibu Pham Thi Tuyet, Direktur Perusahaan Film Dokumenter Pusat, festival film kali ini tidak hanya merupakan dialog antara film dokumenter Eropa dan Vietnam, tapi juga merupakan dialog antara generasi-generasi pembuat film dokumenter domestik.
“Saya pikir tidak ada ragam pembuatan film lama, semua generasi pembuat film dokumenter punya cara manifestasi sendiri. Ada pembuat film yang muda tapi juga ada pembuat film yang tua, itu jgua merupakan dialog antara para pembuat film dan yang penting ialah tema dan cara manifestasinya. Dalam festival film dokumenter ini ada film yang dibuat pada tahun 1998 seperti film “Suara biola My Lai”, film “Daerah pedesaan” dibuat pada tahun 2001, film “Yang tinggal bersama dengan waktu” dibuat pada tahun 2005 sehingga memperkenalkan film-film yang punya isi yang berkualitas dan juga ada film-film yang baru dibuat pada tahun lalu”.
Satu agegan dalam film Vietnam
"Yang tinggal bersama dengan waktu"
(Foto: hanoitv.vn)
Kalau film-film dokumenter Vietnam mengungkapkan masalah sejarah, kebudayaan dan sosial dari satu bangsa, maka hal yang menonjol dari film dokumenter Eropa ialah mengungkapkan masalah pribadi. Kisah-kisah tentang gender, keluarga, perjalanan mencari dan menemukan individu diungkapkan secara terus-menerus dalam semua film. Setiap film adalah satu kisah tersendiri, adalah nasifbdan kehidupan internal dari orang-orang yang kongkrit. Yaitu perjalanan menurut dorongan dari kegandrungan terhadap satu aliran musik kerakyatan yang dilakukan oleh seorang komponis dalam film
“Irama kampung halaman” dari Jerman atau kisah tentang gender dan perjalanan kembali ke individual sesungguhnya dalam film
“Anak alim” dari Israel, “Garis batas yang tidak sempurna” dari Perancis dan lain-lain. Doktor Almuth Meyer Zollitsch, Kepala Institut Goethe di Vietnam, orang yang berulang kali menyelenggarakan Festival Film Dokumenter Eropa-Vietnam menyatakan bahwa film-film Eropa dan Vietnam yang diperkenalkan kali ini ada perbedaan, melalui itu menciptakan dialog yang menyenangkan antara 2 arus film. Dia mengatakan:
“Dalam festival tahun ini, dialog dimanifestasikan di 2 aspek. Pertama langgam membuat film, akan ada film-film dengan kata-kata komentar untuk memperkenalkan isi film, tapi juga ada film yang tanpa komentar, di situ, para tokoh bicara sendiri tentang kisahnya. Selain itu, dialog juga dimanifestasikan dalam hal tema film. Film-film Asia dan Vietnam selalu bicara tentang tema tentang bangsa, sosial, kebudayaan, Tanah Air dan manusia, maka film Eropa menjunjung tinggi identitas pribadi dalam proses mengusahakan dan menegaskan identitas itu”.
Satu adegan dalam film Vietnam "Suara biola di My Lai"
(Foto: vannghetre.com)
Selama tahun-tahun belakangan ini, film dokumenter semakin menjadi populer dan digemari di dunia. Pemutaran hampir 20 film dokumenter internasional dan Vietnam yang khas dalam festival film ini juga merupakan sudut pandang dan perasaan yang berbeda-beda tentang kenyataan hidup, pandangan penciptaan dan langgam para sutradara Vietnam dan Eropa. Menurut sutradara film dokumenter yang terkenal dari Jerman, Arne Birkenstock, pamantauan yang terbuka dan jujur tentang dunia dalam film dokumenter membantu para penonton dan para pembuat film Vietnam mendapatkan kesempatan untuk mencari tahu tentang kehidupan kultural dan kenyataan yang beranekaragam melalui citra.
“Vietnam adalah satu negara yang sedang mengalami perubahan, saya berpikir, ini adalah satu tempat yang baik untuk membuat film-film dokumenter yang bagus. Akan tetapi, film dokumenter tidak semata-mata menciptakan bermadam-macam interviu, kemudian menyambungkannya menjadi gambar-gambar, tapi itu juga adalah cara mengembangkan isi kisah”.
Melalui penyelenggaran sebanyak 7 kali, Festival Film Dokumenter Eropa-Vietnam telah sedikit mendekatkan jarak antara film dokumenter Vietnam dan dunia, menjadi satu destinasi budaya yang menyenangkan bagi massa rakyat. Jumlah penonton festival yang meningkat dari tahun ke tahun memperlihatkan akan daya hidup film dokumenter dalam hati massa rakyat yang semakin kuat./.