(VOVworld) – Kebudayaan adalah salah satu di antara sumber-sumber daya bagi perkembangan yang berkesinambungan baik di segi teori mapun praktek. Masalah-masalah yang paling poros dari kebudayaan seperti ritual, keyakinan, pesta, pariwisata, institusi-institusi kebudayaan tradisional dan kebijakan tentang kebudayaan kalau diselipkan secara baik akan memberikan sumbangan yang tidak kecil terhadap proses membangun dan melaksanakan kebijakan demi target perkembangan yang berkesinambungan di setiap negara.
Lagu rakyat Ca Tru Vietnam-
Pusaka budaya nonbendawi dari umat manusia
(Foto: laodong.com.vn)
Pusaka-pusaka yang mendapat pengakuan dari UNESCO melipuati tiga ragam yaitu pusaka alam dunia, pusaka budaya dunia dan pusaka campuran kebudayaan dan pemandangan alam dunia. Dalam sistim gelar-gelar dari UNESCO, pusaka dunia adalah gelar yang paling bernilai dan paling lama. Sekarang ini, Vietnam punya 8 pusaka dunia, 11 pusaka budaya nonbendawi yang mendapat pengakuan dari UNESCO. Dari tahun 1987, Vietnam ikut serta dalam konvensi tentang pelestarian semua pusaka budaya bendawi dan pusaka budaya nonbendawi dari UNESCO dan melaksanakan secara penuh dan lengkap semua ketentuan umum dari konvensi ini untuk semua pusakanya. Susan Vize, Kepala Perwakilan UNESCO di Vietnam memberitahukan
: “Mendapat pengakuan sebagai pusaka budaya merupakan langkah pertama yang teramat penting untuk melestarikannya. Kalau tidak, semua orang akan berbaur pada globalisasi dan melupakan hal-hal yang mereka tinggalkan. Oleh karena itu, menurut hemat saya, banyak faktor yang dimiliki oleh Vietnam untuk mendapat pengakuan sebagai pusaka budaya, termasuk pusaka budaya nonbendawi telah memberikan banyak kemampuan dan tenaga pendorong kepada Vietnam untuk melestarikan dan mengkonservasikan semua pusaka ini”.
Profesor Luong Van Hy, Kepala Program Master Asia-Pasifik, mantan Kepala Fakultas Antropologi dari Universitas Toronto, Kanada menyatakan bahwa Vietnam perlu memperluas semua amplitudo ruang dan waktu mengenai pemahaman tentang kebudayaan terhadap perkembangan. Dia mengatakan: “Pandangan UNESCO membuat kita melihat harus menghormati semua kebudayaan dan kebudayaan memberikan sumbangan kepada perkembangan melalui masalah mengkonservasikan pusaka. Di segi lain, bagi semua bangsa, ketika kebudayaannya dihormati, maka di segi perasaan, hasrat, pemikiran dan asal-usul akan menjadi lebih baik”.
Tidak hanya begitu saja, profesor ini secara khusus menekankan peranan masyarakat dalam mengkonservasikan dan mengembangkan nilai kebudayaan etnis manusia. “Tidak hanya mengungkapkan konservasi pusaka, UNESCO memperhatikan konservasi di tengah-tengah masyarakat jadi tidak di dalam museum saja. Oleh karena itu, peranan dari subyek budaya maupun masyarakat teramat penting. Kita tidak hanya merekam beberapa irama musik dan gambar pertunjukkan kemudian dibawa ke museum dan menganggap itu sebagai konservasi, kebudayaan tidak bisa hidup dengan cara itu, ia hanya menimbulkan citra saja dan kalau tidak mendapat perhatian dari masyarakat, maka ia akan mati”.
Melihat masalah dari sudut kebudayaan rakyat, Profesor Le Hong Ly, Kepala Institut Penelitian Kebudayaan Rakyat dari Akademi Ilmu Pengetahuan Vietnam juga menyatakan bahwa sejak dulu hingga sekarang, kita baru menganggap kebudayaan dan pesta sebagai nilai-nilai yang perlu dikonservasikan, disimpan dan dimuliakan beserta dengan banyak aktivitas penelitian ilmu pengetahuan, koleksi dan pertunjukan. Kebudayaan adalah satu konsep yang luas dan selalu cenderung terbuka. Kebudayaan setiap bangsa dan masyarakat juga selalu luwes, berubah dan berkembang agar sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat itu. Vietnam punya 54 etnis dan identitas-identitas budaya multi warna dan multi bahasa dan punyai tradisi selama ribuan tahun. Mengubah pemahaman tentang pengembangan kebudayaan sebagai satu kebutuhan internal yang wajar untuk mengembangkan kebudayaan Vietnam yang berbaur pada arus kebudayaan dunia, tapi tidak kehilangan identitasnya sendiri.