(VOVWORLD) - Surat tulisan tangan mungkin merupakan salah satu di antara cara-cara interaksi yang paling indah antar-manusia. Pameran istimewa dengan nama: “Mengenai satu masa ketika masih dungu” dengan 100 surat tulisan tangan dalam waktu satu abad ini yang baru saja berlangsung di A Letter Home (atau Thu Quan) di (Distrik Ba Dinh, Kota Hanoi” tidak hanya membangkitkan memori-memori dari banyak generasi, tapi juga membantu para pengunjung berpeluang mencari tahu tentang satu ciri budaya dalam interaksi.
Surat-surat di pameran (Foto: baomoi.com) |
“Tidak hanya turut menyimpan, tapi masalah menulis surat tulisan tangan juga turut membantu kita mengurangi sengketa satu sama lain. Ketika Anda Sekalin menulis apa saja di atas kertas dan mengirimnya, semuanya akan melambat berapa ritme, sedangkan kalau ada kemarahan, ia juga lebih banyak meringankan”.
Demikian dinyatakan oleh saudari Nguyen Thi Da Thuong, penggagas dari pameran. Dengan suratan nasib terhadap buku-buku lama, pernah mengarang dan membentuk Website tentang buku lama dan membuka toko buku, maka dia pernah berpeluang melakukan kontak dan pertemuan dengan para cendekiawan, para kolektor atau keluarga-keluarga biasa yang memiliki lemari buku yang besar. Dalam proses itu, dia menyedari bahwa pencatatan di buku dan surat-surat merupakan satu cara untuk menyimpan dan menjaga banyak kenang-kenangan. Ada keluarga yang masih mempertahankan kebiasaan menulis surat satu sama lain ketika ingin berbahas dan mengirim kata-kata kasih saya atau berbagi hal apa saja. Satu hal baik yang ada secara alami dan berlangsung diam-diam itu telah membuat saudari Thuong merasa sangat terharu. “Berulang kali, dalam proses mencari dokumen, saya tak sengaja menemukan surat-surat yang bernilai. Ada intelektual-intelektual yang selama tiga generasi ini tetap menjaga kebiasaan melakukan pertukaran melalui surat. Setelah bertahun-tahun, memiliki satu jumlah surat dari berbagai periode, saya berpikir tentang masalah berbagi ciri yang indah ini kepada teman-teman yang lain di Kota Hanoi. Oleh karena itu, saya memutuskan mengadakan satu pameran dengan nama: “Mengenai satu masa keteika masih dungu”.
Pameran ini memperkenalkan surat-surat tulisan tangan dari banyak intelektual yang dikirim kepada intelektual yang lain (misalnya surat dari pengarang Tran Dan kepada penyair Duong Tuong, surat dari penyair wanita Mong Tuyet kepada teman, surat dari peneliti kebudayaan Vuong Hong Sen dan lain-lain). Ketika membacakan surat-surat ini, para pengunjung nampaknya memasuki kehidupan pribadi orang lain dan berbagai perasaan mereka yang sederhana. “Pameran ini memajang 100 surat dalam waktu kira-kira 100 tahun. Surat yang paling tua ditulis pada tahun 1905 dan yang terkini ditulis pada tahun 2015. Isi surat juga cukup variatif. Pada waktu dulu, ketika teknologi belum berkembang, sebagian besar interaksi menggunakan surat, maka isinya sangat beranekaragam. Setiap surat merupakan satu kisah, mencerminkan satu periode sejarah di Vietnam”.
Memandangi surat-surat tulisan tangan dengan berbagai jenis kertas, mayoritas surat ini telah berpindah ke warna kuning karena dimakan waktu dan menghirup bau masa lampau merupakan satu pengalaman yang tidak bisa dilepaskan dari jiwa-jiwa yang mengenangkan masa lampau. Tidak hanya begitu, para pengunjung juga bisa mengalami rasa berdebar-debar menunggu informasi dari siapa saja pada setiap pekan dan setiap bulan melalui surat. Saudari Thuy Nguyen, warga Distrik Ba Dinh Kota Hanoi mengatakan: “Saya merasakan seolah-seolah kembali ke masa lampau. Surat bagaikan satu film, satu kisah dari seorang tokoh yang kita tidak tahu, tapi bisa berbagi sebagian melalui surat-surat itu. Saya melihat bahwa setiap surat ini punya ciri sendiri. Ada surat walaupun tidak panjang, tapi cara orang menyampaikan informasi di surat itu membuat pembaca merasa sangat senang”.
Pada zaman teknologi, surat tulisan tangan telah menjadi satu kenang-kenangan. Tapi semua kenang-kenangan yang indah dari surat-surat ini menyerap kedatangan banyak pemuda. Saudari Phuong Trinh yang baru saja pulang kembali ke Tanah Air setelah bertahun-tahun belajar dan tinggal di Perancis memberitahukan: “Saya paling terkesan dengan surat-surat asmara di pameran ini. Saya merasa terkesan tentang hal dua orang di dua negeri yang jauh atau dia dua bagian negeri jatuh cinta dan menulis surat seperti itu. Saya mersa terharu akan perasaan mereka. Sekarang ini, teknologi sangat modern, kita bisa tukar-menukar informasi melalui E.mail dan chat secara sangat kondusif. Tetapi, menurut hemat saya, ketika menulis surat, orang bisa lebihdekat dan perasaan lebih bernilai”.
Untuk pertama kalinya mengadakan pameran surat-surat tulisan tangan, saudari Thuong berharap akan membantu massa rakyat, khususnya kaum muda bisa membayangkan periode-periode menulis dan arti kata di Vietnam. Selain itu, dia juga ingin menginspirasi dan mengembangkan penulisan surat dengan tangan, karena menurut dia, ini bisa membantu orang hidup secara lebih tenang ketika semua pemikiran ditulis secara lebih cermat dan penerima surat juga lebih mudah terharu.